Jumat, 01 Mei 2015

METODE DALAM LINGUISTIK KOMPERATRIF


Selamat berjumpa kembali,
Kali ini saya akan mengahkan pembahasan materi semasa perkuliahan, yaitu materi tentang MK Linguistik Komperatif. MK ini merupakan MK wajib pada Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia. Baik, mari kita simak Materi Metode pada Linguistik Komperatif.
 
2.1    Metode pada Linguistik Komperatif
Dalam Lingusitik Komperatif untuk menentukan hubungan kekerabatan suatu bahasa dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yaitu:

2.1.1        Metode Kuantitatif
Metode Kuantitatif adalah pendekatan yang menggunakan cara kerja perhitungan statistik. Pendekatan ini dikenalkan oleh linguis Amerika yang bernama Morris Swadesh pada akhir tahun 1940-an. Pendekatan ini dibedakan dalam dua teknik yaitu:

2.1.1.1  Teknik Leksikostatistik
Teknik Leksikostatistik adalah teknik pengelompokkan bahasa yang cenderung mengutamakan penoropongan pada kata-kata (leksikon) secara statistik, kemudian berusaha menetapkan pengelompokkan itu berdasarkan presentase kesamaan dan perbedaan satu bahasa dengan bahasa yang lain. Metode ini bertujuan untuk menentukan tingkat kekerabatan dua bahasa atau lebih, apakah bahasa tersebut memiliki kekerabatan atau apakah bahasa tersebut sekelompok dialek dari suatu bahasa. Adapun rumusnya yaitu:


2.1.1.2 Teknik Glotokronologi
Teknik Glotokronologi adalah teknik pengelompokkan bahasa yang mengutamakan perhitungan bahasa berdasarkan dari usia atau lamanya suatu bahasa yang sekerabat dengan menggunakan rumus logaritma. Tujuan metode glotokronologi adalah untuk menentukan usia bahasa yang terkait dengan defiriansi antara dua bahasa atau lebih. Adapun rumusnya yaitu

T= masa pisah,
c= presentase kemiripan,
r= presentase retensi,
log= logaritma dari

Empat macam asumsi dasar yang dapat dipergunakan sebagai titik tolak dalam usaha mencari jawaban mengenai usia bahasa, atau secara tepatnya bilamana terjadi diferensiasi antara dua bahasa atau lebih. Asumsi-asumsi dasar tersebut:
1.        Sebagian dari kosa kata suatu bahasa sukar sekali berubah bila dibandingkan dengan bagian lainnya
2.        Retensi (ketahanan) kosa kata adalah konstan sepanjang masa
3.        Perubahan kosa kata dasar pada semua bahasa adalah sama
4.        Bila persentase dari dua bahasa kerabat (cognate) diketahui, maka dapat dihitung waktu pisah kedua bahasa tersebut.

2.1.2 Metode Kualitatif
Metode Kualitatif adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah dari pada melihat permasalahan untuk penelitian generalis. Metode ini menggunakan analisis mendalam, yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metode kualitatif yakni bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya. Dalam Linguistik Komperatif metode kualitatif ini menggunakan Teknik Rekonstruksi.



2.1.2.1 Teknik Rekonstruksi
Metode Kualitatif dengan teknik rekonstruksi bertujuan untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan bahasa (dapat menemukan korespondensi antara bahasa-bahasa yang sekerabat). Rekonstruksi bahasa dapat dilakukan dalam ruang lingkup internal maupun eksternal. Rekonstruksi bahasa yang dilakukan secara internal untuk mencari prabahasa dari bahasa-bahasa yang sedialek. Rekonstruksi yang dilakukan secara external dilakukan setelah mendapat hasil dari penelitian kuantitatif leksikostatistik.

Metode perbandingan klasik tidak hanya bertalian dengan menemukan hukum bunyi antara bahasa-bahasa kerabat atau dengan istilah kontemporer, menemukan korespondensi fonemis antar bahasa kerabat, tetapi masih dilanjutkan dengan usaha mengadakan rekonstruksi (pemulihan) unsur-unsur purba, baik fonemis maupun morfemis. Rekonstruksi fonem dan morfem proto dimungkinkan karena para ahli menerima suatu asumsi bahwa jika diketahui fonem-fonem kerabat dari suatu fonem bahasa proto, maka sebenarnya fonem proto itu dapat ditelusuri kembali bentuk tuanya.

1)        Teknik Rekonstruksi Fonemis
Untuk menerapkan prinsip rekonstruksi fonemis, pertama-tama diadakan perbandingan pasangan-pasangan kata dalam pelbagai bahasa kerabat dengan menemukan korespondensi fonemis dari tiap-tiap fonem yang membentuk kata-kata kerabat tersebut. Dengan menemukan korespondensi fonemisnya dapat diperkirakan fonem proto mana yang kiranya menurunkan fonem-fonem yang berkorespondensi tersebut. Bagi tiap perangkat kemudian dicarikan suatu etiket pengenal untuk memudahkan referensi. Etiket pengenal ini tidak lain adalah fonem proto tadi yang dianggap menurunkan perangkat korespondensi fonemis yang terdapat dalam bahasa-bahasa kerabat. Fonem ini biasanya diberi tanda asterisk (*). Dengan melakukan rekonstruksi fonemis akan diperoleh:
1.    Pantulan atau turunan fonem-fonem dalam bahasa-bahasa kerabat sekarang,yang di akibatkan dari Rekonstruksi fonem proto.
2.    Dengan memulihkan semua fonem bahasa-bahasa kerabat sekarang sebagai yang tercermin dalam pasangan kata-katanya ke suatu fonem proto, maka sudah berhasil pula dilakukan rekonstruksi morfemis (kata dasar atau bentuk terikat), yaitu menetapkan suatu morfem proto yang diperkirakan menurunkan morfem-morfem dalam bahasa-bahasa kerabat sekarang. Seperti halnya fonem proto, maka morfem proto juga ditandai dengan asterisk (*).

2)      Rekonstruksi Dalam
Rekonstruksi dalam adalah rekonstruksi yang dilakukan dalam satu bahasa untuk mendapatkan bentuk-bentuk tuanya. Dalam hal ini kita hanya menggunakan bahan-bahan dari satu bahasa saja, yaitu rekonstruksi atas alternasi morfofonemis atau atas alomorf-alomorf suatu morfem. Rekonstruksi ini bertujuan untuk memulihkan suatu bahasa pada tahap perkembangan tertentu pada masa lampau, dengan tidak mempergunakan bahan-bahan dari bahasa lain, melainkan hanya mempergunakan data dari bahasa itu sendiri. Rekonstruksi dalam dapat dilakukan karena beberapa kenyataan yaitu:
1.        Adanya alomorf
2.        Adanya Netralisasi
3.        Adanya Reduplikasi
4.        Adanya infleksi

3)        Rekonstruksi Luar
Rekonstruksi luar dilakukan terhadap dua bahasa atau lebih untuk menemukan bentuk-bentuk protonya, misalnya membandingkan bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Madura, bahasa Melayu sehingga dapat ditemukan bahwa bahasa-bahasa tersebut berasal dari bahasa yang sama yaitu Proto Bahasa Melayu Jawa.

2.1.3        Metode Perbandingan
Keraf (1984: 34) mendefinisikan metode perbandingan sebagai alat untuk menyusun perangkat ciri-ciri yang berkorespondensi dari unsur-unsur yang diperbandingkan dengan macam-macam bahasa. Adapun hal yang dibandingkan adalah fonem suatu kata dalam bahasa tertentu. Abstraksinya adalah berupa perangkat korespondensi fonemis. Contoh perbandingan korespondensi fonemis bahasa Melayu Asahan (BMA), bahasa Batak Toba (BBT), dan bahasa Melayu Baku (BMB) (Widayati, 2011: 4):
GLOS
BMA
BBT
BMB
benih
Bonih
bonih
bənih
beras
BoRas
boras
bəras
Embun
Ombun
ombun
Embun
menang
mona*
monaη
mənaη
tebu
Tobu
tobu
təbu

Dalam tabel diatas menunjukan bahwa antara bahasa Melayu Asahan (BMA), bahasa Batak Toba (BBT), dan bahasa Melayu Baku (BMB) adalah memiliki kekerabatan.

DAFTAR PUSTAKA


Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rinneka Cipta.

http://marimpersenk.blogspot.com/2012/11/linguistik-historis-komparatif.html  diakses pada 20 April 2013

Keraf, Gorys. 1984. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta. PT. Gramedia.

Widayati, Dwi. 2011. Pengaruh Migrasi Suku Minangkabau & Batak Toba ke Pesisir Timur Sumatera terhadap Keberadaan Bahasa Melayu di Asahan. http://www.eli.org/Pages/Current_Issues.aspx?docname=/published_docs/20111011_115712_022.pdf ., diakses tanggal 9 November 2011.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar