Selamat berjumpa kembali,
Kali ini saya akan mengahkan pembahasan materi semasa perkuliahan, yaitu materi tentang MK Linguistik Komperatif. MK ini merupakan MK wajib pada Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia. Baik, mari kita simak Materi Metode pada Linguistik Komperatif.
2.1
Metode pada Linguistik Komperatif
Dalam Lingusitik Komperatif untuk
menentukan hubungan kekerabatan suatu bahasa dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa metode yaitu:
2.1.1
Metode Kuantitatif
Metode
Kuantitatif adalah pendekatan yang menggunakan cara kerja perhitungan
statistik. Pendekatan ini dikenalkan oleh linguis Amerika yang bernama Morris
Swadesh pada akhir tahun 1940-an. Pendekatan ini dibedakan dalam dua teknik
yaitu:
2.1.1.1 Teknik
Leksikostatistik
Teknik
Leksikostatistik adalah teknik pengelompokkan bahasa yang cenderung
mengutamakan penoropongan pada kata-kata (leksikon) secara statistik, kemudian
berusaha menetapkan pengelompokkan itu berdasarkan presentase kesamaan dan
perbedaan satu bahasa dengan bahasa yang lain. Metode ini bertujuan untuk
menentukan tingkat kekerabatan dua bahasa atau lebih, apakah bahasa tersebut
memiliki kekerabatan atau apakah bahasa tersebut sekelompok dialek dari suatu
bahasa. Adapun rumusnya yaitu:
2.1.1.2 Teknik Glotokronologi
Teknik
Glotokronologi adalah teknik
pengelompokkan bahasa yang mengutamakan perhitungan bahasa berdasarkan dari
usia atau lamanya suatu bahasa yang sekerabat dengan menggunakan rumus
logaritma. Tujuan metode glotokronologi adalah untuk menentukan usia bahasa
yang terkait dengan defiriansi antara dua bahasa atau lebih. Adapun rumusnya
yaitu
T= masa pisah,
c= presentase kemiripan,
r= presentase retensi,
log= logaritma dari
Empat
macam asumsi dasar yang dapat dipergunakan sebagai titik tolak dalam usaha
mencari jawaban mengenai usia bahasa, atau secara tepatnya bilamana terjadi
diferensiasi antara dua bahasa atau lebih. Asumsi-asumsi dasar tersebut:
1.
Sebagian dari kosa kata suatu bahasa sukar
sekali berubah bila dibandingkan dengan bagian lainnya
2.
Retensi (ketahanan) kosa kata adalah
konstan sepanjang masa
3.
Perubahan kosa kata dasar pada semua
bahasa adalah sama
4.
Bila persentase dari dua bahasa kerabat
(cognate) diketahui, maka dapat dihitung waktu pisah kedua bahasa tersebut.
2.1.2 Metode Kualitatif
Metode
Kualitatif adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara
mendalam terhadap suatu masalah dari pada melihat permasalahan untuk penelitian
generalis. Metode ini menggunakan analisis mendalam, yaitu mengkaji masalah
secara kasus perkasus karena metode kualitatif yakni bahwa sifat suatu masalah
satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya. Dalam Linguistik
Komperatif metode kualitatif ini menggunakan Teknik Rekonstruksi.
2.1.2.1 Teknik Rekonstruksi
Metode
Kualitatif dengan teknik rekonstruksi bertujuan untuk mengelompokkan atau
mengklasifikasikan bahasa (dapat menemukan korespondensi antara bahasa-bahasa
yang sekerabat). Rekonstruksi bahasa dapat dilakukan dalam ruang lingkup
internal maupun eksternal. Rekonstruksi bahasa yang dilakukan secara internal
untuk mencari prabahasa dari bahasa-bahasa yang sedialek. Rekonstruksi yang
dilakukan secara external dilakukan setelah mendapat hasil dari penelitian
kuantitatif leksikostatistik.
Metode perbandingan klasik tidak hanya bertalian dengan menemukan hukum bunyi antara bahasa-bahasa kerabat atau dengan istilah kontemporer, menemukan korespondensi fonemis antar bahasa kerabat, tetapi masih dilanjutkan dengan usaha mengadakan rekonstruksi (pemulihan) unsur-unsur purba, baik fonemis maupun morfemis. Rekonstruksi fonem dan morfem proto dimungkinkan karena para ahli menerima suatu asumsi bahwa jika diketahui fonem-fonem kerabat dari suatu fonem bahasa proto, maka sebenarnya fonem proto itu dapat ditelusuri kembali bentuk tuanya.
1)
Teknik Rekonstruksi Fonemis
Untuk
menerapkan prinsip rekonstruksi fonemis, pertama-tama diadakan perbandingan
pasangan-pasangan kata dalam pelbagai bahasa kerabat dengan menemukan
korespondensi fonemis dari tiap-tiap fonem yang membentuk kata-kata kerabat
tersebut. Dengan menemukan korespondensi fonemisnya dapat diperkirakan fonem
proto mana yang kiranya menurunkan fonem-fonem yang berkorespondensi tersebut.
Bagi tiap perangkat kemudian dicarikan suatu etiket pengenal untuk memudahkan
referensi. Etiket pengenal ini tidak lain adalah fonem proto tadi yang dianggap
menurunkan perangkat korespondensi fonemis yang terdapat dalam bahasa-bahasa
kerabat. Fonem ini biasanya diberi tanda asterisk (*). Dengan melakukan
rekonstruksi fonemis akan diperoleh:
1. Pantulan
atau turunan fonem-fonem dalam bahasa-bahasa kerabat sekarang,yang di akibatkan
dari Rekonstruksi fonem proto.
2. Dengan
memulihkan semua fonem bahasa-bahasa kerabat sekarang sebagai yang tercermin
dalam pasangan kata-katanya ke suatu fonem proto, maka sudah berhasil pula
dilakukan rekonstruksi morfemis (kata dasar atau bentuk terikat), yaitu
menetapkan suatu morfem proto yang diperkirakan menurunkan morfem-morfem dalam
bahasa-bahasa kerabat sekarang. Seperti halnya fonem proto, maka morfem proto
juga ditandai dengan asterisk (*).
2)
Rekonstruksi
Dalam
Rekonstruksi
dalam adalah rekonstruksi yang dilakukan dalam satu bahasa untuk mendapatkan
bentuk-bentuk tuanya. Dalam hal ini kita hanya menggunakan bahan-bahan dari
satu bahasa saja, yaitu rekonstruksi atas alternasi morfofonemis atau atas
alomorf-alomorf suatu morfem. Rekonstruksi ini bertujuan untuk memulihkan suatu
bahasa pada tahap perkembangan tertentu pada masa lampau, dengan tidak
mempergunakan bahan-bahan dari bahasa lain, melainkan hanya mempergunakan data
dari bahasa itu sendiri. Rekonstruksi dalam dapat dilakukan karena beberapa
kenyataan yaitu:
1.
Adanya alomorf
2.
Adanya Netralisasi
3.
Adanya Reduplikasi
4.
Adanya infleksi
3)
Rekonstruksi
Luar
Rekonstruksi
luar dilakukan terhadap dua bahasa atau lebih untuk menemukan bentuk-bentuk
protonya, misalnya membandingkan bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Madura,
bahasa Melayu sehingga dapat ditemukan bahwa bahasa-bahasa tersebut berasal
dari bahasa yang sama yaitu Proto Bahasa Melayu Jawa.
2.1.3
Metode
Perbandingan
Keraf (1984: 34) mendefinisikan metode perbandingan
sebagai alat untuk menyusun perangkat ciri-ciri yang berkorespondensi dari
unsur-unsur yang diperbandingkan dengan macam-macam bahasa. Adapun hal yang dibandingkan adalah
fonem suatu kata dalam bahasa tertentu. Abstraksinya adalah berupa perangkat
korespondensi fonemis.
Contoh perbandingan korespondensi
fonemis bahasa Melayu Asahan (BMA), bahasa Batak Toba (BBT), dan bahasa Melayu
Baku (BMB) (Widayati, 2011: 4):
GLOS
|
BMA
|
BBT
|
BMB
|
benih
|
Bonih
|
bonih
|
bənih
|
beras
|
BoRas
|
boras
|
bəras
|
Embun
|
Ombun
|
ombun
|
Embun
|
menang
|
mona*
|
monaη
|
mənaη
|
tebu
|
Tobu
|
tobu
|
təbu
|
Dalam tabel diatas menunjukan bahwa
antara bahasa Melayu Asahan (BMA), bahasa Batak Toba (BBT), dan bahasa
Melayu Baku (BMB)
adalah memiliki kekerabatan.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik
Umum. Jakarta: Rinneka Cipta.
http://marimpersenk.blogspot.com/2012/11/linguistik-historis-komparatif.html diakses pada 20 April 2013
Keraf, Gorys. 1984. Linguistik Bandingan
Historis. Jakarta. PT. Gramedia.
Widayati, Dwi. 2011. Pengaruh
Migrasi Suku Minangkabau & Batak Toba ke Pesisir Timur Sumatera terhadap
Keberadaan Bahasa Melayu di Asahan. http://www.eli.org/Pages/Current_Issues.aspx?docname=/published_docs/20111011_115712_022.pdf
., diakses tanggal 9 November 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar