Kamis, 02 Agustus 2018

Frasa, Kata Majemuk, dan Idiom

Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Contoh: Nenek saya, baru datang, di pasar, dan sedang membaca.

Kata majemuk atau kompositum adalah gabungan morfem dasar yang seluruhnya berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantis yang khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan (KBBI). Kata majemuk juga memiliki pengertian gabungan dua kata atau lebih yang memiliki struktur tetap, tidak dapat disisipi kata lain atau dipisahkan strukturnya karena akan memengaruhi arti secara keseluruhan. Contoh: rumah makan, rumah sakit, kereta api, dan air mata.

Idiom adalah satuan-satuan bahasa (bisa berupa kata, frase, maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Idiom merupakan perpaduan dua kata atau lebih yang maknanya tidak dapat secara langsung ditelusuri dari makna masing-masing kata yang tergabung. Contoh idiom adalah membanting tulang, panjang tangan, dan tebal telinga.

Perbedaan frasa, kata majemuk, dan idiom; frasa tidak memiliki makna baru, melainkan makna sintaktik atau makna gramatikal. Contoh, kaki Nasir yang maknanya secara sintaktik atau gramatikal sesuai dengan kata 'kaki' dan 'Nasir'. Kata majemuk sebagai komposisi memiliki makna baru atau memiliki satu makna tetapi maknanya masih dapat ditelusuri secara langsung dari kata-kata yang digabungkan. Contoh, kaki meja yang masih dapat ditelusuri dari makna 'kaki' dan 'meja'. Idiom memunculkan makna baru yang tidak dapat secara langsung ditelusuri dari kata-kata yang digabungkan. Contoh, kaki tangan yang tidak ada sangkut pautnya dengan 'kaki' dan 'tangan'.

Dikutip dari http://nuansa-nuansabahasaindonesia.weebly.com/esai-konten/perbedaan-frasa-kata-majemuk-dan-idiom

Kelas Kata Menurut Abdul Chaer



1. Kelas kata Menurut Abdul Chaer dalam buku “Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia” halaman 86-194.
1. Kata Benda
2. Kata Ganti
3. Kata Kerja
4. Kata Sifat
5. Kata Sapaan
6. Kata Petunjuk
7. Kata Bilangan
8. Kata Penyangkal
9. Kata Depan
10. Kata Penghubung
11. Kata Keterangan
12. Kata Tanya
13. Kata Seru
14. Kata Sandang
15. Kata Partikel
2. Ciri-Ciri Kelas Kata
2.1. Kata Benda
a. Berawalan pe-, seperti pemuda, pemenang, dan penyair.
b. Berakhiran –an, seperti bendungan, bantuan dan asuhan.
c. Berakhiran –nya, seperti besarnya, naiknya, dan jauhnya.
d. Berimbuhan gabung pe-an, seperti pembangunan, pengembangan, dan pelebaran.
e. Berimbuhan gabungan per – an, seperti pertemuan, pertambangan dan persatuan.
f. Berimbuhan gabung ke-an, seperti keadilab, kebijaksanaan dan kekayaan.
g. Kata yang diikuti dengan frase “yang” …. atau “ yang sangat” misalnya : jalan (yang bagus), pemuda (yang sangat rajin).
2.2. Kata Kerja
a. Kata-kata yang dapat diikuti oleh frasa dengan …….., baik yang menyatakan alat, yang menyatakan keadaan, maupun yang menyatakan penyerta, disebut kata kerja, misalnya:
– Pergi (dengan adik)
– Berjalan (dengan gembira)
– Menulis ( dengan musuh)
b. Kata kerja dasar seperti : pergi, pulang, tulis, tanya dll.
c. Kata kerja berimbuhan sesperti:
– awalan Me-, seperti kata-kata menulis, membaca dan melihat.
– awalan ber-, seperti kata-kata berdiri, berlatih dan berkuda
– awalan di-, seperti pada kata-kata ditulis, dibaca, dan dilihat
– awalan ter-, seperti pada kata-kata tertulis, terbaca, dan terlihat
– awalan per-, seperti pada kata-kata perpanjang, percepat, dan persingkat
– awalan –kan, seperti pada kata-kata tuliskan, abacakan, dan damaikan
– awalan –i, seperti pada kata-kata tulisi, datangi dan diami.
3. Ciri-Ciri Kata Ganti
1. Kata ganti orang pertama (mengganti diri orang yang berbicara):
– saya
– Aku ku
– Kami
– Kita
Contoh : Adik bertanya kepada paman, “Paman, bolehkah saya kerumah Paman?’ (saya = adik)
2. Kata ganti orang kedua (mengganti orang yang diajak bicara)
– Kamu
– Engkau
– Anda
– Kalian
Contoh : Mengapa kemarin kamu tidak sekolah?’ tanya Hasan pada Ali temannya sekelas.
Kata ganti orang ketiga (mengganti diri orang yang dibicarakan)
– Ia
– Dia
– – nya
– Beliau
– Mereka
– Mendiang
– Almarhum
Contoh : Hasan adalah murid baru dikelas V. Ia tinggal di Jalan Surabaya. ( Ia = Hasan)

4. Ciri-Ciri Kata Sifat
1. Kata-kata yang dapat diikuti dengan kata keterangan sekali serta dapat dibentuk menjadi kata yang berimbuhan se – / -nya. Contoh :
– indah ( indah sekali, seindah-indahnya)
– Bagus ( bagus sekali, sebagus-bagusnya)
2. Tempat kata sifat pada tingkat frase adalah dibelakang kata benda yang sifatnya, misalnya besar, indah dan kecil. Contoh : rumah besar, pemandangan indah.
3. Dalam gabungan kata berupa idiom kata sifat dapat menduduki posisi awal atau berada dimuka kata benda. Misalnya : Panjang tangan, yang berarti pencuri.
4. Gabungan kata bermakna perbandingan, kata sifat tersebut terletak dimuka kata benda. Misalnya merah delima, manis jambu.
5. Pada tingkat klausa/ kalimat kata sifat dapat menduduki fungsi, predikat, seperti : anak itu nakal, adikku gemuk sekali
5. Ciri-Ciri Kata Sapaan.
Kata sapaan itu tak mempunyai penbendaharaan kata sendiri tetapi menggunakan kata-kata dari perbendaharaan nama diri dan kata nama perkerabatan.
Contoh: San (Bentuk untuh : Hasan)
Li (Bentuk utuh : Ali)
Pak (Bentuk utuh Bapak)
Yah (Bentuk utuh Ayah)
6. Ciri-Ciri Kata Penunjuk
1. Ini : digunakan untuk menunjuk kata benda yang letaknya relatif dekat dengan si pembicara
2. Itu : digunakan untuk menunjuk benda yang letaknya relatif jauh, contoh : Itu si Unyil, mobil itu di jual.
7. Ciri-Ciri Kata Bilangan
Kata yang menyatakan jumlah, nomor, urutan, atau kumpulan.
Contoh : Kata bilangan utama satu, dua, tiga sebelas.
Kata bilangan tingkat pertama, kedua, kesebelas.
Kata bantu bilangan, seseorang, dua buah, seekor dan lain-lain.
Kaya bantu bilangan lain, setanggai, setandan, sehelai dan lain-lain.
8. Ciri-Ciri Kata Penyangkal
Kata penyangkal dalam Bahasa Indonesia adalah:
– Tiada, tak = saya tidak mengambil bukumu.
– Tiada, didaerah itu tiada air
– Bukan, ini bukan mangga.
– Tanpa, tanpa saya dia tak mau pergi.
9. Ciri-Ciri Kata Depan
Kata yang digunakan di muka kata benda untuk menghubungkan kata dengan klausa dengan klausa/kalimat dengan kalimat. Contoh kata depan:
1. Tempat berada: di, pada, dalam, atas dan antara.
2. Arah asal : dari
3. Arah tujuan: ke, kepada, akan dan terhadap.
4. Pelaku : oleh
5. Alat : dengan dan berkat.
6. Perbandingan : daripada
7. Hal/ masal : tentang, mengenai.
8. Akibat : hingga, sampai
9. Tujuan : untuk, buat. Guna dan bagi.
10. Demi dan menurut.
10. Ciri-Ciri Kata Penghubung
Kata ini digunakan untuk menghubungkan kata dengna klausa dengan klausa/kalimat dengan kalimat. Contoh:
1. Untuk akta penghubung sederajat: dan, dengan, serta atau, sedangkan, selanjutnya, adalah dan lain-lain.
2. Untuk penghubung tak sederajat : sebab, jika, bila, sebagai, sehingga, sesudah dan lain-lain.
11. Ciri-Ciri Kata Keterangan
Kata ini memberi penjelasan pada kalimat/bagian kalimat lain yang sifatnya tak menerangkan keadaan/ sifat.
1. Kepashan yaitu kata, memang, pasti, justru.
2. Keraguan/kesangsian yaitu kalau, barangkali, mungkin, kiranya, rasanya, agaknya, rupanya.
3. Harapan, yaitu kata-kata, seringkali, sekali-sekali, sesekali, acapkali, jarang.
12 . Ciri-Ciri Kata Tanya
Kata ini digunakn sebagai pembantu, didalam kalimat yang menyatakan pertanyaan. Contoh: apa, siapa, mengapa, kenapa, bagaimana, berapa , mana, kapan, bila, bilamana.
13. Ciri-Ciri Kata Seru
Kata yang digunakan untuk menggungkapkan perasaan bahwa, misalnya: Karena kaget, terharu, marah, kagum, sedih dan lain-lain.
Contoh : – Kata seru berupa kata-kata singkat : wah, cih, hai, o, nah, na, dan hah.
– Kata serupa berupa kata-kata biasa: aduh, celaka gila, kasihan, bangsat ya ampun.
– Kata seru serapan: astaga, masya allah, alhamdulillah.
14. Ciri-Ciri Kata Sandang
Dalam bahasa Indonesia kata sandang digunkan menjadi penentu didepan kata nama diri, kata perkerabatan, kata sifat, Sri dan Sang.
Contoh: Itu Si Hasan
Sang kancil telah sampai duluan.
15. Ciri-Ciri Kata Partikel
Kata yang digunakan untuk penegasan
1. – kah (menegaskan). Contoh:
Apakah isi lemari ini
Cukupkah uang itu
2. –tah (digunakan pada akhir kata tanya dalam kalimat tanya). Contoh:
Apatah dayaku menghadapi cobaan
3. – lah (menghaluskan dalam kalimat perintah). Contoh:
Keluarkanlah buku tulismu.
4. pun (penegasan). Contoh:
saya tak tahu, dia pun tidak tahu.
5. per- (menyatakan makna ‘setiap’ atau ‘mulai’) Contoh:
Harganya Rp. 1.000,00 perlembar.
Gaji PNS naik per 1 April.

KONJUNGSI



Dalam membuat kalimat Bahasa Indonesia, ada banyak hal yang perlu diperhatikan. Hal tersebut meliputi ejaan yang disempurnakan, kaidah penyusunan kalimat dan juga konjungsi. Untuk dapat membuat kalimat yang baik, efektif dan mudah dipahami, maka kita perlu menguasai konjungsi dan juga fungsi konjungsi ini.

Pengertian konjungsi
Apa itu konjungsi? Sederhananya, pengertian konjungsi adalah kata penghubung atau disebut juga kata sambung. Kata penghubung merupakan kata tugas yang berfungsi untuk menghubungkan antar klausa, antar kalimat, dan antar paragraf.

Kata penghubung antarklausa umumnya terletak di tengah -tengah kalimat. Untuk kata penghubung antarkalimat, biasanya terletak di awal kalimat, setelah tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru. Sementata kata penghubung antarparagraf, diletakkan di awal paragraf.

Dalam pelajaran bahasa Indonesia, konjungsi dapat dikelompokkan ke dalam dua bentuk yakni konjungsi intra kalimat dan konjungsi antar kalimat.

Kata penghubung intrakalimat disebut juga kata penghubung antar klausa, yang merupakan kata yang menghubungkan klausa  induk dan klausa anak. Pada konjungsi intrakalimat atau antar klausa ini, terdapat 2 jenis kata penghubung atau konjungsi, yakni konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif.

Konjungsi antar kalimat merupakan kata yang menghubungkan kata yang satu dengan kata yang lainnya, yang berada dalam kalimat berbeda. Agar lebih jelas, mari kita simak penjelasan mengenai konjungsi intra dan antar kalimat.


KONJUNGSI INTRA KALIMAT
Konjungsi intra kalimat atau antar klausa adalah kata yang menghubungkan klausa induk dan klausa anak. Umumnya, kata penghubung antar klausa ini diletakkan di tengah-tengah kalimat. Di dalam intra kalimat (antar klausa), terdapat dua jenis kata penghubung atau konjugsi, yakni konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif, Berikut penjelasannya :

1. Konjungsi Koordinatif
Konjugsi Koordinatif adalah kata penghubung yang menghubungkan dua klausa atau lebih yang mempunyai status sederajat. Contoh konjungsi koordinatif yakni : dan, tetapi, atau, sedangkan, melainkan, padahal, lalu, kemudian.

2. Konjungsi Subordinatif
Konjugsi Subordinatif adalah kata penghubung yang menghubungkan dua klausa atau lebih dengan status yang tidak sama derajatnya, diantaranya : ketika, sejak, biar, seperti, setelah, jika, andai, kalau, supaya, bagai, ibarat, sehingga, karena.

Jenis -jenis konjungsi subordinatif ada beberapa, berikut jenis konjungsi subordinatif dan contohnya.

Hubungan waktu     
Contoh : Sesudah, sementara, sebelum, ketika, sehabis, setelah, sehingga, sejak, selesai, tatkala, sambil, seraya, selagi, selama, sampai

Hubungan syarat
Contoh : Jika, jikalau, kalau, asal, bila, asalkan manakala

Hubungan pengandaian
Contoh : Andaikan, seandainya, sekiranya, seumpamanya

Hubungan tujuan
Contoh : Agar, supaya, biar,

Hubungan konsesif
Contoh : Biarpun, meskipun, walaupun, sekalipun, walau, sunguhpun, kendatipun

Hubungan pemiripan
Contoh : Seakan-akan, sebagaimana, seolah-olah, seperti, sebagai, bagaikan, laksana

Hubungan penyebaban
Contoh : Sebab, oleh karena, karena

Hubungan pengakibatan     
Contoh : Sehingga, sampai, sampai -sampai, maka, makanya, karenanya,

Hubungan penjelasan          
Contoh : Bahwa

Hubungan cara
Contoh : Dengan, melalui


KONJUNGSI ANTAR KALIMAT
Konjungsi antar kalimat merupakan kata penghubung yang menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya. Konjungsi antar kalimat ini digunakan untuk menyatakan makna yang berbeda-beda. Contoh konjungsi antar kalimat diantaranya : oleh karena itu, namun, sebelum itu, akan tetapi, dengan demikian, kecuali itu, selain itu, sesudah itu, sebaliknya.

Konjungsi antar kalimat biasa diletakkan di awal kalimat, atau setelah tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Berikut adalah contoh konjungsi antarkalimat, beserta maknanya :

1. Biarpun demikian, biarpun begitu, sekalipun demikian, sekalipun begitu, walaupun demikian, walaupun begitu, meskipun demikian, meskipun begitu
Makna : untuk menyatakan kesediaan melakukan sesuatu yang berbeda atau bertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya.

2. Kemudian, setelah itu, sesudah itu, selanjutnya    
Makna : Menyatakan kelanjutan dari suatu peristiwa atau keadaan yang diterangkan pada kalimat sebelumnya.

3. Tambahan pula, selain itu, lagi pula
Makna : Menyatakan adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain di luar dari yang telah dinyatakan sebelumnya.

4. Sebaliknya  
Makna : Mengacu pada kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya.

5. Sesungguhnya, bahwasanya
Makna : Menyatakan keadaan yang sebenarnya.

6. Malah, malahan, bahkan
Makna : Menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya

7. Akan tetapi, tetapi, namun, kecuali itu
Makna : Menyatakan keadaan pertentangan dengan keadaan sebelumnya

8. Dengan demikian   
Makna : Menyatakan konsekuensi

9. Oleh karena itu, oleh sebab itu
Makna : Menyatakan akibat

10. Sebelum itu
Makna : Menyatakan kejadian yang mendahului hal yang dinyatakan sebelumnya

 

Macam-macam Konjungsi Berdasarkan Fungsi
1. Konjungsi Aditif (gabungan)
Konjungsi aditif (gabungan) merupakan konjungsi koordinatif yang fungsinya untuk menggabungkan dua kata, frasa, klausa, atau kalimat yang mempunyai kedudukan yang sederajat. Contoh : dan, lagi pula, lagi, dan serta.

2. Konjungsi Pertentangan
Konjungsi pertentangan adalah bentuk konjungsi koordinatif yang menghubungkan dua bagian kalimat yang sederajat, namun dengan mempertentangkan kedua bagian tersebut. Umumnya, bagian yang kedua menduduki posisi yang lebih penting daripada bagian pertama. Contoh : tetapi, melainkan, sedangkan, akan tetapi, padahal, sebaliknya, dan namun.

3. Konjungsi Disjungtif (pilihan)
Konjungsi pilihan adalah bentuk konjungsi koordinatif yang menghubungkan dua unsur yang sederajat yang berfungsi untuk memilih salah satu dari dua hal atau lebih. Contoh : atau, atau....atau, maupun, baik...baik..., dan entah...entah...

4. Konjungsi waktu
Konjungsi waktu berfungsi untuk menjelaskan hubungan waktu antara dua hal atau peristiwa. Kata-kata konjungsi yang bersifat temporal ini dapat menjelaskan hubungan yang tidak sederajat atau pun sederajat. Contoh konjungsi waktu yang menghubungkan kalimat tidak sederajat : apabila, bilamana, hingga, sejak, selama, sementara, ketika, bila, sambil, sebelum, sampai, demi, sedari, seraya, waktu, setelah, semenjak, sesudah, dan tatkala. Contoh konjungsi waktu yang menghubungkan dua bagian kalimat yang sederajat : sebelumnya dan sesudahnya

5. Konjungsi Final (tujuan)
Konjungsi tujuan atau konjungsi final ini semacam konjungsi modalitas yang menjelaskan maksud dan tujuan suatu peristiwa, atau tindakan. Kata-kata yang umumnya digunakan untuk menyatakan hubungan ini adalah: guna, untuk,supaya, dan agar.

6. Konjungsi Sebab (kausal)
Konjungsi sebab atau kausal menjelaskan bahwa suatu peristiwa terjadi karena suatu sebab tertentu. Bila anak kalimat ditandai dengan konjungsi sebab, maka induk kalimat merupakan akibatnya. Kata-kata yang digunakan untuk menyatakan hubungan sebab ini meliputi : sebab, karena, sebab itu, dan karena itu.

7. Konjungsi Akibat (konsekutif)
Konjungsi akibat menjelaskan bahwa suatu peristiwa terjadi akibat suatu hal yang lain. Dalam hal ini anak kalimat ditandai konjungsi yang menyatakan akibat, sedangkan peristiwanya dinyatakan dalam induk kalimat. Kata-kata yang dipakai untuk menandai konjungsi akibat adalah sehingga, sampai, dan akibatnya.

8. Konjungsi Syarat (kondisional)
Konjungsi syarat atau kondisional menjelaskan bahwa suatu hal dapat terjadi ketika syarat -syarat yang disebutkan itu dipenuhi. Kata kata yang menyatakan hubungan ini adalah jika, jikalau, apabila, kalau, asalkan, dan bilamana.

9. Konjungsi Tak Bersyarat
Kata penghubung tak bersyarat ini menjelaskan bahwa suatu hal dapat terjadi tanpa perlu ada syarat - syarat yang harus dipenuhi. Contoh kata - kata yang termasuk dalam konjungsi tak bersyarat meliputi : walaupun, meskipun, dan biarpun.

10. Konjungsi Perbandingan
Konjungsi perbandingan ini berfungsi untuk menghubungkan dua hal dengan cara membandingkan kedua hal tersebut. Kata kata yang sering digunakan sebagai konjungsi perbandingan meliputi : sebagai, seperti, bagaikan, sebagaimana, seakan-akan, bagai, ibarat, umpama, dan daripada.

11. Konjungsi Korelatif
Konjungsi korelatif menghubungkan dua bagian kalimat yang memiliki hubungan sedemikian rupa sehingga yang satu langsung mempengaruhi yang lain atau kalimat yang satu melengkapi kalimat lain. Konjungsi korelatif ini dapat juga digunakan pada kalimat yang memiliki hubungan timbal-balik. Contoh konjungsi korelatif : semakin …..semakin, sedemikian rupa..., kian….. kian, bertambah……bertambah, sehingga..., tidak hanya….tetapi juga..., baik..., dan maupun.

12. Konjungsi Penegas (menguatkan atau intensifikasi)
Konjungsi penegas berfungsi untuk menegaskan atau meringkas bagian kalimat yang telah disebutkan sebelumnya, termasuk hal-hal yang menyatakan rincian. Contoh konjungsi penegas adalah : bahkan, apalagi, yaitu, yakni, misalnya, umpama, ringkasnya, dan akhirnya.

13. Konjungsi Penjelas (penetap)
Konjungsi penjelas atau penetap berfungsi untuk menghubungkan bagian kalimat terdahulu dengan perinciannya. Contoh konjungsi penjelas : bahwa.

14. Konjungsi Pembenaran (konsesif)
Konjungsi pembenaran adalah konjungsi subordinatif yang menghubungkan dua hal dengan cara membenarkan atau mengakui suatu hal, sekaligus dengan menolak hal yang lain yang ditandai oleh konjungsi tadi. Pembenaran ini dinyatakan dalam klausa utama (induk kalimat), sementara penolakannya dinyatakan dalam anak kalimat yang didahului oleh konjungsi seperti, walaupun, meskipun, biar, sungguhpun, biarpun, kendatipun, dan sekalipun.

15. Konjungsi Urutan
Konjungsi urutan menyatakan urutan akan sesuatu hal. Contoh konjungsi urutan : mula-mula, lalu, dan kemudian.

16. Konjungsi Pembatasan
Konjungsi pembatasan menyatakan pembatasan terhadap sesuatu hal atau dalam batas-batas mana perbuatan dapat dikerjakan. Contoh konjungsi pembatasn , misalnya kecuali, selain, dan asal.

17. Konjungsi Penanda
Konjungsi penanda menyatakan penandaan terhadap sesuatu hal. Contoh konjungsi penanda : misalnya, umpama, contohnya. Ada pula konjungsi penanda pengutamaan, yang contohnya seperti : pokok, paling utama, dan terutama.

18. Konjungsi Situasi
Konjungsi situasi ini menjelaskan suatu perbuatan yang terjadi atau berlangsung dalam keadaan tertentu. Contoh konjungsi situasi : sedang, padahal, sedangkan, dan sambil.


Dikutip dari

http://www.porosilmu.com/2016/02/konjungsi.html