Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif
atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi
sintaksis di dalam kalimat. Contoh: Nenek saya, baru datang, di pasar, dan sedang membaca.
Kata
majemuk atau kompositum adalah gabungan morfem dasar yang seluruhnya
berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan
semantis yang khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan (KBBI).
Kata majemuk juga memiliki pengertian gabungan dua kata atau lebih yang
memiliki struktur tetap, tidak dapat disisipi kata lain atau dipisahkan
strukturnya karena akan memengaruhi arti secara keseluruhan. Contoh: rumah makan, rumah sakit, kereta api, dan air mata.
Idiom
adalah satuan-satuan bahasa (bisa berupa kata, frase, maupun kalimat)
yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal unsur-unsurnya
maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Idiom merupakan
perpaduan dua kata atau lebih yang maknanya tidak dapat secara langsung
ditelusuri dari makna masing-masing kata yang tergabung. Contoh idiom
adalah membanting tulang, panjang tangan, dan tebal telinga.
Perbedaan
frasa, kata majemuk, dan idiom; frasa tidak memiliki makna baru,
melainkan makna sintaktik atau makna gramatikal. Contoh, kaki Nasir
yang maknanya secara sintaktik atau gramatikal sesuai dengan kata
'kaki' dan 'Nasir'. Kata majemuk sebagai komposisi memiliki makna baru
atau memiliki satu makna tetapi maknanya masih dapat ditelusuri secara
langsung dari kata-kata yang digabungkan. Contoh, kaki meja
yang masih dapat ditelusuri dari makna 'kaki' dan 'meja'. Idiom
memunculkan makna baru yang tidak dapat secara langsung ditelusuri dari
kata-kata yang digabungkan. Contoh, kaki tangan yang tidak ada sangkut pautnya dengan 'kaki' dan 'tangan'.
Dikutip dari http://nuansa-nuansabahasaindonesia.weebly.com/esai-konten/perbedaan-frasa-kata-majemuk-dan-idiom
PENGINGAT MATERI BAHASA INDONESIA
Kamis, 02 Agustus 2018
Kelas Kata Menurut Abdul Chaer
1. Kelas kata Menurut Abdul Chaer dalam buku “Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia” halaman 86-194.
1. Kata Benda
2. Kata Ganti
3. Kata Kerja
4. Kata Sifat
5. Kata Sapaan
6. Kata Petunjuk
7. Kata Bilangan
8. Kata Penyangkal
9. Kata Depan
10. Kata Penghubung
11. Kata Keterangan
12. Kata Tanya
13. Kata Seru
14. Kata Sandang
15. Kata Partikel
2. Ciri-Ciri Kelas Kata
2.1. Kata Benda
a. Berawalan pe-, seperti pemuda, pemenang, dan penyair.
b. Berakhiran –an, seperti bendungan, bantuan dan asuhan.
c. Berakhiran –nya, seperti besarnya, naiknya, dan jauhnya.
d. Berimbuhan gabung pe-an, seperti pembangunan, pengembangan, dan pelebaran.
e. Berimbuhan gabungan per – an, seperti pertemuan, pertambangan dan persatuan.
f. Berimbuhan gabung ke-an, seperti keadilab, kebijaksanaan dan kekayaan.
g. Kata yang diikuti dengan frase “yang” …. atau “ yang sangat” misalnya : jalan (yang bagus), pemuda (yang sangat rajin).
2.2. Kata Kerja
a. Kata-kata yang dapat diikuti oleh frasa dengan …….., baik yang menyatakan alat, yang menyatakan keadaan, maupun yang menyatakan penyerta, disebut kata kerja, misalnya:
– Pergi (dengan adik)
– Berjalan (dengan gembira)
– Menulis ( dengan musuh)
b. Kata kerja dasar seperti : pergi, pulang, tulis, tanya dll.
c. Kata kerja berimbuhan sesperti:
– awalan Me-, seperti kata-kata menulis, membaca dan melihat.
– awalan ber-, seperti kata-kata berdiri, berlatih dan berkuda
– awalan di-, seperti pada kata-kata ditulis, dibaca, dan dilihat
– awalan ter-, seperti pada kata-kata tertulis, terbaca, dan terlihat
– awalan per-, seperti pada kata-kata perpanjang, percepat, dan persingkat
– awalan –kan, seperti pada kata-kata tuliskan, abacakan, dan damaikan
– awalan –i, seperti pada kata-kata tulisi, datangi dan diami.
3. Ciri-Ciri Kata Ganti
1. Kata ganti orang pertama (mengganti diri orang yang berbicara):
– saya
– Aku ku
– Kami
– Kita
Contoh : Adik bertanya kepada paman, “Paman, bolehkah saya kerumah Paman?’ (saya = adik)
2. Kata ganti orang kedua (mengganti orang yang diajak bicara)
– Kamu
– Engkau
– Anda
– Kalian
Contoh : Mengapa kemarin kamu tidak sekolah?’ tanya Hasan pada Ali temannya sekelas.
Kata ganti orang ketiga (mengganti diri orang yang dibicarakan)
– Ia
– Dia
– – nya
– Beliau
– Mereka
– Mendiang
– Almarhum
Contoh : Hasan adalah murid baru dikelas V. Ia tinggal di Jalan Surabaya. ( Ia = Hasan)
4. Ciri-Ciri Kata Sifat
1. Kata-kata yang dapat diikuti dengan kata keterangan sekali serta dapat dibentuk menjadi kata yang berimbuhan se – / -nya. Contoh :
– indah ( indah sekali, seindah-indahnya)
– Bagus ( bagus sekali, sebagus-bagusnya)
2. Tempat kata sifat pada tingkat frase adalah dibelakang kata benda yang sifatnya, misalnya besar, indah dan kecil. Contoh : rumah besar, pemandangan indah.
3. Dalam gabungan kata berupa idiom kata sifat dapat menduduki posisi awal atau berada dimuka kata benda. Misalnya : Panjang tangan, yang berarti pencuri.
4. Gabungan kata bermakna perbandingan, kata sifat tersebut terletak dimuka kata benda. Misalnya merah delima, manis jambu.
5. Pada tingkat klausa/ kalimat kata sifat dapat menduduki fungsi, predikat, seperti : anak itu nakal, adikku gemuk sekali
5. Ciri-Ciri Kata Sapaan.
Kata sapaan itu tak mempunyai penbendaharaan kata sendiri tetapi menggunakan kata-kata dari perbendaharaan nama diri dan kata nama perkerabatan.
Contoh: San (Bentuk untuh : Hasan)
Li (Bentuk utuh : Ali)
Pak (Bentuk utuh Bapak)
Yah (Bentuk utuh Ayah)
6. Ciri-Ciri Kata Penunjuk
1. Ini : digunakan untuk menunjuk kata benda yang letaknya relatif dekat dengan si pembicara
2. Itu : digunakan untuk menunjuk benda yang letaknya relatif jauh, contoh : Itu si Unyil, mobil itu di jual.
7. Ciri-Ciri Kata Bilangan
Kata yang menyatakan jumlah, nomor, urutan, atau kumpulan.
Contoh : Kata bilangan utama satu, dua, tiga sebelas.
Kata bilangan tingkat pertama, kedua, kesebelas.
Kata bantu bilangan, seseorang, dua buah, seekor dan lain-lain.
Kaya bantu bilangan lain, setanggai, setandan, sehelai dan lain-lain.
8. Ciri-Ciri Kata Penyangkal
Kata penyangkal dalam Bahasa Indonesia adalah:
– Tiada, tak = saya tidak mengambil bukumu.
– Tiada, didaerah itu tiada air
– Bukan, ini bukan mangga.
– Tanpa, tanpa saya dia tak mau pergi.
9. Ciri-Ciri Kata Depan
Kata yang digunakan di muka kata benda untuk menghubungkan kata dengan klausa dengan klausa/kalimat dengan kalimat. Contoh kata depan:
1. Tempat berada: di, pada, dalam, atas dan antara.
2. Arah asal : dari
3. Arah tujuan: ke, kepada, akan dan terhadap.
4. Pelaku : oleh
5. Alat : dengan dan berkat.
6. Perbandingan : daripada
7. Hal/ masal : tentang, mengenai.
8. Akibat : hingga, sampai
9. Tujuan : untuk, buat. Guna dan bagi.
10. Demi dan menurut.
10. Ciri-Ciri Kata Penghubung
Kata ini digunakan untuk menghubungkan kata dengna klausa dengan klausa/kalimat dengan kalimat. Contoh:
1. Untuk akta penghubung sederajat: dan, dengan, serta atau, sedangkan, selanjutnya, adalah dan lain-lain.
2. Untuk penghubung tak sederajat : sebab, jika, bila, sebagai, sehingga, sesudah dan lain-lain.
11. Ciri-Ciri Kata Keterangan
Kata ini memberi penjelasan pada kalimat/bagian kalimat lain yang sifatnya tak menerangkan keadaan/ sifat.
1. Kepashan yaitu kata, memang, pasti, justru.
2. Keraguan/kesangsian yaitu kalau, barangkali, mungkin, kiranya, rasanya, agaknya, rupanya.
3. Harapan, yaitu kata-kata, seringkali, sekali-sekali, sesekali, acapkali, jarang.
12 . Ciri-Ciri Kata Tanya
Kata ini digunakn sebagai pembantu, didalam kalimat yang menyatakan pertanyaan. Contoh: apa, siapa, mengapa, kenapa, bagaimana, berapa , mana, kapan, bila, bilamana.
13. Ciri-Ciri Kata Seru
Kata yang digunakan untuk menggungkapkan perasaan bahwa, misalnya: Karena kaget, terharu, marah, kagum, sedih dan lain-lain.
Contoh : – Kata seru berupa kata-kata singkat : wah, cih, hai, o, nah, na, dan hah.
– Kata serupa berupa kata-kata biasa: aduh, celaka gila, kasihan, bangsat ya ampun.
– Kata seru serapan: astaga, masya allah, alhamdulillah.
14. Ciri-Ciri Kata Sandang
Dalam bahasa Indonesia kata sandang digunkan menjadi penentu didepan kata nama diri, kata perkerabatan, kata sifat, Sri dan Sang.
Contoh: Itu Si Hasan
Sang kancil telah sampai duluan.
15. Ciri-Ciri Kata Partikel
Kata yang digunakan untuk penegasan
1. – kah (menegaskan). Contoh:
Apakah isi lemari ini
Cukupkah uang itu
2. –tah (digunakan pada akhir kata tanya dalam kalimat tanya). Contoh:
Apatah dayaku menghadapi cobaan
3. – lah (menghaluskan dalam kalimat perintah). Contoh:
Keluarkanlah buku tulismu.
4. pun (penegasan). Contoh:
saya tak tahu, dia pun tidak tahu.
5. per- (menyatakan makna ‘setiap’ atau ‘mulai’) Contoh:
Harganya Rp. 1.000,00 perlembar.
Gaji PNS naik per 1 April.
KONJUNGSI
Dalam membuat kalimat Bahasa
Indonesia, ada banyak hal yang perlu diperhatikan. Hal tersebut meliputi ejaan
yang disempurnakan, kaidah penyusunan kalimat dan juga konjungsi. Untuk dapat
membuat kalimat yang baik, efektif dan mudah dipahami, maka kita perlu
menguasai konjungsi dan juga fungsi konjungsi ini.
Pengertian konjungsi
Apa itu konjungsi? Sederhananya,
pengertian konjungsi adalah kata penghubung atau disebut juga kata sambung.
Kata penghubung merupakan kata tugas yang berfungsi untuk menghubungkan antar
klausa, antar kalimat, dan antar paragraf.
Kata penghubung antarklausa umumnya
terletak di tengah -tengah kalimat. Untuk kata penghubung antarkalimat,
biasanya terletak di awal kalimat, setelah tanda titik, tanda tanya, dan tanda
seru. Sementata kata penghubung antarparagraf, diletakkan di awal paragraf.
Dalam pelajaran bahasa Indonesia,
konjungsi dapat dikelompokkan ke dalam dua bentuk yakni konjungsi intra kalimat
dan konjungsi antar kalimat.
Kata penghubung intrakalimat disebut
juga kata penghubung antar klausa, yang merupakan kata yang menghubungkan
klausa induk dan klausa anak. Pada konjungsi intrakalimat atau antar
klausa ini, terdapat 2 jenis kata penghubung atau konjungsi, yakni konjungsi
koordinatif dan konjungsi subordinatif.
Konjungsi antar kalimat merupakan
kata yang menghubungkan kata yang satu dengan kata yang lainnya, yang berada
dalam kalimat berbeda. Agar lebih jelas, mari kita simak penjelasan mengenai
konjungsi intra dan antar kalimat.
KONJUNGSI INTRA KALIMAT
Konjungsi intra kalimat atau antar
klausa adalah kata yang menghubungkan klausa induk dan klausa anak. Umumnya,
kata penghubung antar klausa ini diletakkan di tengah-tengah kalimat. Di dalam
intra kalimat (antar klausa), terdapat dua jenis kata penghubung atau konjugsi,
yakni konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif, Berikut penjelasannya :
1.
Konjungsi Koordinatif
Konjugsi
Koordinatif adalah kata penghubung yang menghubungkan dua klausa atau lebih yang
mempunyai status sederajat. Contoh konjungsi koordinatif yakni : dan, tetapi,
atau, sedangkan, melainkan, padahal, lalu, kemudian.
2.
Konjungsi Subordinatif
Konjugsi
Subordinatif adalah kata penghubung yang menghubungkan dua klausa atau lebih
dengan status yang tidak sama derajatnya, diantaranya : ketika, sejak, biar,
seperti, setelah, jika, andai, kalau, supaya, bagai, ibarat, sehingga, karena.
Jenis
-jenis konjungsi subordinatif ada beberapa, berikut jenis konjungsi
subordinatif dan contohnya.
Hubungan
waktu
Contoh
: Sesudah, sementara, sebelum, ketika, sehabis, setelah, sehingga, sejak,
selesai, tatkala, sambil, seraya, selagi, selama, sampai
Hubungan
syarat
Contoh
: Jika, jikalau, kalau, asal, bila, asalkan manakala
Hubungan
pengandaian
Contoh
: Andaikan, seandainya, sekiranya, seumpamanya
Hubungan
tujuan
Contoh
: Agar, supaya, biar,
Hubungan
konsesif
Contoh
: Biarpun, meskipun, walaupun, sekalipun, walau, sunguhpun, kendatipun
Hubungan
pemiripan
Contoh
: Seakan-akan, sebagaimana, seolah-olah, seperti, sebagai, bagaikan, laksana
Hubungan
penyebaban
Contoh
: Sebab, oleh karena, karena
Hubungan
pengakibatan
Contoh
: Sehingga, sampai, sampai -sampai, maka, makanya, karenanya,
Hubungan
penjelasan
Contoh
: Bahwa
Hubungan
cara
Contoh
: Dengan, melalui
KONJUNGSI
ANTAR KALIMAT
Konjungsi
antar kalimat merupakan kata penghubung yang menghubungkan kalimat yang satu
dengan kalimat yang lainnya. Konjungsi antar kalimat ini digunakan untuk
menyatakan makna yang berbeda-beda. Contoh konjungsi antar kalimat diantaranya
: oleh karena itu, namun, sebelum itu, akan tetapi, dengan demikian, kecuali
itu, selain itu, sesudah itu, sebaliknya.
Konjungsi
antar kalimat biasa diletakkan di awal kalimat, atau setelah tanda titik, tanda
seru, atau tanda tanya. Berikut adalah contoh konjungsi antarkalimat, beserta
maknanya :
1.
Biarpun demikian, biarpun begitu, sekalipun demikian, sekalipun begitu,
walaupun demikian, walaupun begitu, meskipun demikian, meskipun begitu
Makna
: untuk menyatakan kesediaan melakukan sesuatu yang berbeda atau bertentangan
dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya.
2.
Kemudian, setelah itu, sesudah itu, selanjutnya
Makna
: Menyatakan kelanjutan dari suatu peristiwa atau keadaan yang diterangkan pada
kalimat sebelumnya.
3.
Tambahan pula, selain itu, lagi pula
Makna
: Menyatakan adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain di luar dari yang telah
dinyatakan sebelumnya.
4.
Sebaliknya
Makna
: Mengacu pada kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya.
5.
Sesungguhnya, bahwasanya
Makna
: Menyatakan keadaan yang sebenarnya.
6.
Malah, malahan, bahkan
Makna
: Menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya
7.
Akan tetapi, tetapi, namun, kecuali itu
Makna
: Menyatakan keadaan pertentangan dengan keadaan sebelumnya
8.
Dengan demikian
Makna
: Menyatakan konsekuensi
9.
Oleh karena itu, oleh sebab itu
Makna
: Menyatakan akibat
10.
Sebelum itu
Makna
: Menyatakan kejadian yang mendahului hal yang dinyatakan sebelumnya
Macam-macam Konjungsi Berdasarkan
Fungsi
1.
Konjungsi Aditif (gabungan)
Konjungsi aditif (gabungan)
merupakan konjungsi koordinatif yang fungsinya untuk menggabungkan dua kata,
frasa, klausa, atau kalimat yang mempunyai kedudukan yang sederajat. Contoh :
dan, lagi pula, lagi, dan serta.
2.
Konjungsi Pertentangan
Konjungsi pertentangan adalah bentuk
konjungsi koordinatif yang menghubungkan dua bagian kalimat yang sederajat,
namun dengan mempertentangkan kedua bagian tersebut. Umumnya, bagian yang kedua
menduduki posisi yang lebih penting daripada bagian pertama. Contoh : tetapi,
melainkan, sedangkan, akan tetapi, padahal, sebaliknya, dan namun.
3.
Konjungsi Disjungtif (pilihan)
Konjungsi pilihan adalah bentuk
konjungsi koordinatif yang menghubungkan dua unsur yang sederajat yang
berfungsi untuk memilih salah satu dari dua hal atau lebih. Contoh : atau,
atau....atau, maupun, baik...baik..., dan entah...entah...
4.
Konjungsi waktu
Konjungsi waktu berfungsi untuk
menjelaskan hubungan waktu antara dua hal atau peristiwa. Kata-kata konjungsi
yang bersifat temporal ini dapat menjelaskan hubungan yang tidak sederajat atau
pun sederajat. Contoh konjungsi waktu yang menghubungkan kalimat tidak
sederajat : apabila, bilamana, hingga, sejak, selama, sementara, ketika, bila,
sambil, sebelum, sampai, demi, sedari, seraya, waktu, setelah, semenjak,
sesudah, dan tatkala. Contoh konjungsi waktu yang menghubungkan dua bagian
kalimat yang sederajat : sebelumnya dan sesudahnya
5.
Konjungsi Final (tujuan)
Konjungsi tujuan atau konjungsi
final ini semacam konjungsi modalitas yang menjelaskan maksud dan tujuan suatu
peristiwa, atau tindakan. Kata-kata yang umumnya digunakan untuk menyatakan
hubungan ini adalah: guna, untuk,supaya, dan agar.
6.
Konjungsi Sebab (kausal)
Konjungsi sebab atau kausal
menjelaskan bahwa suatu peristiwa terjadi karena suatu sebab tertentu. Bila
anak kalimat ditandai dengan konjungsi sebab, maka induk kalimat merupakan
akibatnya. Kata-kata yang digunakan untuk menyatakan hubungan sebab ini
meliputi : sebab, karena, sebab itu, dan karena itu.
7.
Konjungsi Akibat (konsekutif)
Konjungsi akibat menjelaskan bahwa
suatu peristiwa terjadi akibat suatu hal yang lain. Dalam hal ini anak kalimat
ditandai konjungsi yang menyatakan akibat, sedangkan peristiwanya dinyatakan
dalam induk kalimat. Kata-kata yang dipakai untuk menandai konjungsi akibat
adalah sehingga, sampai, dan akibatnya.
8.
Konjungsi Syarat (kondisional)
Konjungsi syarat atau kondisional
menjelaskan bahwa suatu hal dapat terjadi ketika syarat -syarat yang disebutkan
itu dipenuhi. Kata kata yang menyatakan hubungan ini adalah jika, jikalau,
apabila, kalau, asalkan, dan bilamana.
9.
Konjungsi Tak Bersyarat
Kata penghubung tak bersyarat ini
menjelaskan bahwa suatu hal dapat terjadi tanpa perlu ada syarat - syarat yang
harus dipenuhi. Contoh kata - kata yang termasuk dalam konjungsi tak bersyarat
meliputi : walaupun, meskipun, dan biarpun.
10.
Konjungsi Perbandingan
Konjungsi perbandingan ini berfungsi
untuk menghubungkan dua hal dengan cara membandingkan kedua hal tersebut. Kata
kata yang sering digunakan sebagai konjungsi perbandingan meliputi : sebagai,
seperti, bagaikan, sebagaimana, seakan-akan, bagai, ibarat, umpama, dan
daripada.
11.
Konjungsi Korelatif
Konjungsi korelatif menghubungkan
dua bagian kalimat yang memiliki hubungan sedemikian rupa sehingga yang satu
langsung mempengaruhi yang lain atau kalimat yang satu melengkapi kalimat lain.
Konjungsi korelatif ini dapat juga digunakan pada kalimat yang memiliki
hubungan timbal-balik. Contoh konjungsi korelatif : semakin …..semakin,
sedemikian rupa..., kian….. kian, bertambah……bertambah, sehingga..., tidak
hanya….tetapi juga..., baik..., dan maupun.
12.
Konjungsi Penegas (menguatkan atau intensifikasi)
Konjungsi penegas berfungsi untuk
menegaskan atau meringkas bagian kalimat yang telah disebutkan sebelumnya,
termasuk hal-hal yang menyatakan rincian. Contoh konjungsi penegas adalah :
bahkan, apalagi, yaitu, yakni, misalnya, umpama, ringkasnya, dan akhirnya.
13.
Konjungsi Penjelas (penetap)
Konjungsi penjelas atau penetap
berfungsi untuk menghubungkan bagian kalimat terdahulu dengan perinciannya.
Contoh konjungsi penjelas : bahwa.
14.
Konjungsi Pembenaran (konsesif)
Konjungsi pembenaran adalah
konjungsi subordinatif yang menghubungkan dua hal dengan cara membenarkan atau
mengakui suatu hal, sekaligus dengan menolak hal yang lain yang ditandai oleh
konjungsi tadi. Pembenaran ini dinyatakan dalam klausa utama (induk kalimat),
sementara penolakannya dinyatakan dalam anak kalimat yang didahului oleh
konjungsi seperti, walaupun, meskipun, biar, sungguhpun, biarpun, kendatipun,
dan sekalipun.
15.
Konjungsi Urutan
Konjungsi urutan menyatakan urutan
akan sesuatu hal. Contoh konjungsi urutan : mula-mula, lalu, dan kemudian.
16.
Konjungsi Pembatasan
Konjungsi pembatasan menyatakan
pembatasan terhadap sesuatu hal atau dalam batas-batas mana perbuatan dapat
dikerjakan. Contoh konjungsi pembatasn , misalnya kecuali, selain, dan asal.
17.
Konjungsi Penanda
Konjungsi penanda menyatakan
penandaan terhadap sesuatu hal. Contoh konjungsi penanda : misalnya, umpama,
contohnya. Ada pula konjungsi penanda pengutamaan, yang contohnya seperti :
pokok, paling utama, dan terutama.
18.
Konjungsi Situasi
Konjungsi situasi ini menjelaskan
suatu perbuatan yang terjadi atau berlangsung dalam keadaan tertentu. Contoh
konjungsi situasi : sedang, padahal, sedangkan, dan sambil.
Dikutip dari
http://www.porosilmu.com/2016/02/konjungsi.html
Langganan:
Postingan (Atom)