Rabu, 07 Maret 2018

Struktur Kalimat

Pengenalan Struktur Kalimat
Kalimat memiliki pola yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Pola yang terdapat dalam bahasa Indonesia terdiri dari subjek, predikat, objek. Selain itu, ada pelengkap dan keterangan.

1. Ciri-ciri Subjek
Subjek dalam sebuah kalimat dapat ditandai oleh ciri-ciri berikut.
a. Menggunakan Kata Tanya Apa dan Siapa
Menentukan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atau pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk mencari subjek kalimat yang berupa manusia biasanya digunakan kata tanya siapa. Misalnya:
Rina makan.
Untuk mencari subjek kalimat itu kita dapat mencari jawaban atas pertanyaan siapa yang makan. Pada kalimat di atas subjeknya adalah Rina, sedangkan verba makan berfungsi sebagai P.

b. Disertai Kata Itu
Kata itu juga dapat menjadi penanda subjek. Kata itu meenunjukkan pada hal yang belum takrif. Subjek berupa nama orang dan pronaun, dan nama diri lainnya sudah takrif tidak lagi ditambah kata itu.

c. Didahului Kata Bahwa
Di dalam kalimat pasif, kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang menyertainya adalah anak kalimat pengisi funsi subjek.
Misalnya:
(1) Bahwa Indonesia sedang krisis BBM// telah diketahui// oleh seluruh masyarakat.
(2) Dari hasil seminar itu // terbukti// bahwa perkembangan sastra sangat pesat.

d. Mempunyai Keterangan pewatas Yang
Subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih lanjut dengan penghubungan yang. Keterangan ini dinamakan keterangan pewatas.
Misalnya:
(1) Rumah yang megah itu// akan dijual.
(2) Mobil yang baru dibeli pak Adi// bertabrakan //dengan kereta.

e. Tidak Didahului Preposisi
Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, kepada, pada. Jika kata-kata tersebut ditambahkan di depan sebuah subjek, kata tersebut tidak lagi berfungsi sebagai subjek.
Misalnya:
(1) Dalam seminar itu //dibicarakan //situasi perkembangan bahasa Indonesia
(2) Sekarang di Indonesia// sedang diselengarakan// pilkada// di berbagai daerah.

f. Berupa Nomina atau Frase Nomina
Subjek umumnya berupa nomina atau frasa nomina.
Misalnya:
(1) Kuda melambangkan kekuatan.
(2) Semua mata pelajaran harus dikuasai anak.

Di samping nomina, subjek dapat berupa verba atau adjektiva, biasanya disertai kata penunjuk itu.
Misalnya:
(1) Merokok itu tidak baik.
(2) Kasar itu tidak selalu jahat.

2. Ciri-ciri Predikat
a. Jawaban Mengapa atau Bagaimana
Jawaban dari pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat sebuah kalimat.
Misalnya:
(1) Rina mengendarai mobilnya dengan kencang.
Pada kalimat di atas mengendarai merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa Rina.

b. Disertai Kata Adalah, Ialah atau Merupakan
Unsur kalimat yang didahului kata adalah, ialah atau merupakan adalah predikat. Predikatnya tergolong pada predikat berupa nominal atau frase nominal. Penanda predikat ini terutama jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas antara subjek dan predikat tidak jelas.
Misalnya:
(1) Keterpurukan ekonomi dan politik bangsa ini ialah karena penataan yang rapuh pada masa lampau
Penanda predikat pada kalimat tersebut di atas ialah karena penataan yang rapuh.

c. Dapat Diingkarkan
Bentuk pengingkaran dapat diwujudkan dengan kata tidak atau bukan. Bentuk pengingkaran tidak dapat dipakai untuk predikat yang berupa verba atau adjektiva. Kata bukan untuk penanda predikat yang berupa nomina.
Misalnya:
(1) Rina tidak menangis ketika terjatuh di depan sekolah.
(2) Fina tidak cantik, tetapi menarik.
(3) Pak Budi bukan pimpinan yang bijaksana
Predikat kalimat (1) tidak menangis, dan kalimat (2) tidak cantik. Predikat kalimat tersebut berupa verba dan adjektiva. Kalimat (3) memiliki predikat bukan pimpinan bijaksana. Predikat kalimat ke (3) berupa nomina.

d. Dapat Disertai Kata-kata Aspek dan Modalitas
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti, telah, sudah, belum, akan, dan sedang. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva.
Misalnya:
(1) Pembangunan gedung itu sudah terlaksana 60%.
(2) (2) Negara kita sedang krisis moneter.
Predikat kalimat (1) sudah terlaksana dan (2) sedang krisis.
Kalimat yang subjeknya berupa nomina bersenyawa dapat disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau. Misalnya:
(1) Semua orang ingin sukses.
(2) Ibu hendak arisan di rumah Bu Bambang.
Predikat kalimat (1) ingin sukses, (2) hendak arisan.
Predikat yang ditandai oleh kata-kata aspek atau modalitas hanya untuk predikat berupa verba dan adjektiva. Predikat yang berupa nomina, jika terdapat kata-kata aspek dan modalitas perlu ditambahkan kata menjadi (atau dijadikan).
Misalnya:
(1) Ia telah menjadi dosen teladan tahun ini.
(2) Inul sudah menjadi penyanyi dangdut terkenal.
(3) Velly hendak menjadi dosen.

3. Objek
Objek hanya terdapat pada kalimat aktif. Ciri-cirinya sebagai berikut;
a. Langsung di Belakang Predikat
Objek tidak memiliki kebebasan tempat, selalu menempati posisi di belakang predikat, baik urutan dasar maupun urutan variasi.
Misalnya:
(1) Dia memenangkan lomba catur tingkat dunia.
(2) Guruh Soekarno Putra menciptakan lagu Mahadaya Cinta.

b. Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif
Objek dapat dibuktikan dengan membalikkan kalimat aktif menjadi kalimat pasif. Posisi objek pada kalimat aktif menjadi subjek pada kalimat pasif.
Misalnya:
(1) Rina membentuk kelompok belajar.
(2) Ibu memasak rendang.
Kelompok belajar pada kalimat (1) adalah objek, letakkan objek tersebut menjadi subjek dan kalimat diubah menjadi kalimat pasif kelompok belajar dibentuk Rina. Kalimat (2) juga begitu, rendang dimasak ibu.

c. Tidak Didahului Preposisi
Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak dapat didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.
Misalnya:
(1) Bur Rasuanto menulis sajak, cerpen, dan novel.
(2) Panglima Sudirman tidak mau menyerah kepada musuh.
Pada kalimat (1) di antara menulis dan sajak, cerpen, dan novel tidak dapat disisipkan preposisio berupa pada atau dalam. Jika preposisi itu dipakai , unsur di belakang preposisi itu, sajak, cerpen, dan novel tidak lagi berfungsi sebagai objek, melainkan berfungsi sebagai keterangan seperti tampak di bawah ini.
(1a) Bur Rasuanto menulis dalam sajak, cerpen, dan novel.
Namun, kalimat di atas masih memerlukan informasi, yaitu informasi tentang apa yang ditulisnya. Misalnya:
(1b) Bur Rasuanto menulis riwayat hidup dalam sajak, cerpen, dan novel.
Pada contoh (2) kata musuh bukan objek karena unsur itu didahului oleh preposisi kepada. Unsur itu menjadi satu kesatuan dengan preposisi kepada, sehingga kepada musuh merupakan frase berpreposisi yang berfungsi sebagai keterangan. Jika preposisi kepada ditiadakan dan verba menyerah dijadikan transitif menyerahkan, kalimat tersebut menjadi kalimat transitif dan musuh sebagai objeknya.
Misalnya:
(2a) Panglima Sudirman tidak mau menyerahkan musuh.

3. Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang kehadirannya bersifat wajib. Namun, pelengkap tidak dapat dijadikan subjek pada kalimat pasif seperti halnya objek. Pelengkap pun terbagi atas 2, yaitu pelengkap predikat dan pelengkap objek.
Misalnya:
1. Usulan itu merupakan saran belaka.
S P Pel
2. Ayah akan membelikan Tazkia sepeda .
S P O Pel
Pelengkap pada kalimat (1) adalah pelengkap predikat, dan pada kalimat (2) adalah pelengkap objek.

4. Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberi informasi lebih lanjut tentang sesuatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya memberi informasi tentang tempat, waktu, cara dan sebagainya.
a. Bukan Unsur Utama
Keterangan merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar tidak bersifat wajib.Jika tidak ada keterangan dalam sebuah kalimat, kelimat masih tetap gramatikal asalkan unsur utama terpenuhi, yaitu adanya unsur subjek, predikat, (objek).
Misalnya:
(1) Kemarin hujan turun deras.
(2) Dengan komputer pesawat itu dapat dipantau dari bumi.
Jika keterangan itu ditiadakan, kalimat-kalimat tersebut masih tetap gramatikal.
(1a) Hujan turun deras.
(2a) Pesawat itu dapat dipantau.

b. Tidak Terikat Posisi
Keterangan memiliki tempat yang bebas. Ia tidak terikat posisi.
Misalnya:
(1) Ia menjawab dengan hati hati, semua pertanyaan wartawan.
(2) Remaja sekarang senang sekali pergi ke diskotik

c. Jenis Keterangan
Jenis-jenis keterangan dalam kalimat adalah sebagai berikut.
(1) Keterangan waktu; besok, kemarin, tahun, bulan, sekarang dan lain-lain.
(2) Keterangan tempat : di rumah, ke pasar, di depan, dan lain-lain.
(3) Keterangan alat: dengan pisau, dengan garpu, dengan cek, dan lain-lain.
(4) Keterangan cara; dengan hati-hati, seenaknya saja, dengan marah, sambil tertawa dan lain-lain.
(5) Keterangan modalitas; harus, barangkali, sesungguhnya, sepatutnya, dan lain-lain.
(6) Keterangan aspek; akan, sedang, sudah, dan telah.
(7) Keterangan tujuan; agar bahagia, bagi kita , untuk anaknya, supaya aman, dan lain-lain.
(8) Keterangan sebab; kerena hemat, sebab jatuh, lantaran panik dan sebaginya.
(9) Keterangan aposisi– keterangan yang saling mengantikan– ; Bapak Presiden, Susili Bambang Yudoyono, ; Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso,.

(10) Keterangan tambahan; bersifat memberi penjelasan nomina (subjek atau objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat mengantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat mengantikan unsur yang diterangkan.
Misalnya:
Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.
Siswanto tidak bisa mengantikan mahasiswa tingkat lima. Jika hal itu dilakukan makna kalimat sudah berbeda.

(11) Keterangan Pewatas; bersifat memberi pembatas pada nomina yang berkedudukan sebagai subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Jika terangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan.
Misalnya:
Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.
Pada kalimat tersebut tidak semua mahasiswa yang mendapat beasiswa, melainkannya hanya yang mempunyai IP tiga lebih.

Sumber:
Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Anwar, Khaidir. 1992. Semantik Bahasa Minangkabau. Padang: Yayasan Pengkajian Kebudayaan Minangkabau.
De Saussure, F. 1916. Pengantar Linguistik Umum. Diterjemahkan oleh Rahayu Hidayat dari buku Course de Linguistique Generale. 1988. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.