Selasa, 19 Mei 2015

MAJAS



Macam-macam Majas
MACAM-MACAM MAJAS
Macam – macam majas antara lain:
1. Majas Perbandingan
2. Majas Pertentangan
3. Majas Pertautan
4. Majas Perulangan

1. Majas Perbandingan
a. Personifikasi
b. Simile/Perumpamaan
c. Metafora
d. Alegori
e. Dipersonikasi

2. Majas Pertentangan
a. Hiperbola
b. Litotes
c. Antonomasia
d. Oksimoron
e. Paradoks
f. Zeugma
g. Paralipsis
h. Antitesis
i. Ironi
j. Sarkasme

3. Majas Pertautan
a. Metonimia
b. Sinedoks
c. Alusio
d. Euvimisme
e. Elipsis
f. Inversi
g. Gradasi

4. Majas Perulangan
a. Aliterasi
b. Antanaklasis
c. Kiasmus
d. Repetisi

KETERANGAN:
1. Majas Perbandingan
a. Personifikasi / Penginsanan
Yaitu membandingkan sesuatu / benda bukan manusia dengan menggambarkan memperlakukannya seperti manusia. Atau majas yang melekatkan sifat-sifat insan kepada barang-barang yang tidak bernyawa dan tidak yang berabstrak / tidak berwujud.
Contoh:
1. Ombak berkejar – kejaran
2. Ombak berkejar – kejaran sesekali memukul karang di pantai sehingga menimbulkan suara gemuruh, sementara itu daun – daun nyiur melambai – lambai di tiup angin dan awan di langit berarak – arakan mengikuti arah angin alangkah indahnya suasana di tepi pantai itu.

b. Majas Simile / Perumpamaan / Asosiasi
Yaitu perbandingan dua hal yang berlainan tetapi dianggap sama. Majas perumpamaan sering di tandai oleh kata pembanding: seperti, sebagai, ibarat, bak, laksana, umpama, dan sejenisnya.
Contoh:
1. Laksana bulan purnama
2. Kalau sekali berkata sanggup, ya harus melaksanakan, jangan lalu tidak sanggup, pendiriannya seperti air di daun talas saja.

c. Majas Metafora
Yaitu perbandingan antara dua hal yang di anggap memiliki persamaan sifat secara tersimpan ( implisit ). Dalam metafora tidak digunakan kata – kata pembandingan, jadi merupakan perbandingan secara langsung.
Contoh:
1. Dewi malam
2. Sebagai genarasi muda sepantasnya lah kita ikut mengisi kemerdekaan, jangan hanya menjadi sampah masyarakat.

d. Majas Alegori
Yaitu perbandingan yang dilukiskan dalam sebuah lukisan pendek. Jadi alegori merupakan cerita dengan menggunakan lambang / kiasan. Alegori dapat berbentuk prosa.
Contoh:
Kata kumbang dan bunga dalam lukisan dibawah ini.
1. Bunga yang ditanamnya telah berkembang dan baunya semerbak ke sekeliling tempat itu. Maka, kumbang – kumbang berdengung – dengung mengelilinginya hendak menawarkan diri.
Alegori terdapat pada: Fabel dan farabel

Fabel adalah : sejenis alegori yang di dalamnya binatang-binatang bicara dan bertingkah laku seperti manusia.
Jadi fabel adalah jenis cerita pendek atau dongeng rakyat yang berfaedah (berisi pendidikan moral) yang berasal dari kehidupan binatang yang bertindak selaku dan berbicara seperti manusia.
Parabel adalah : cerita yang berkaitan dengan kitab suci.
Merupakan alegori singkat yang mengandung pendidikan pengajaran moral dan kebenaran.

Parabel merupakan metafora yang diperluas, yang rentang panjangkan, jadi parabel adalah cerita singkat yang mengemukakan masalah moral.

Contoh :
Fabel (A) yang berperan binatang dan mengenai kehidupan sehari –hari.
Parabel (A) yang berperan manusia dan mengenai kebenaran moral dan kejiwaan.
Fabel (B) mengemukakan masalah sederhana.
Parabel (B)menjelaskan gagasan-gagasan yang sulit dan gaib dengan cara yang mudah di pahami.

e. Majas Antitesis
Majas yang berisi perbandingan antara dua perkataan yang maknanya bertentangan. Contoh :
1. Air susu dibalas dengan air tuba.
2. Dia bergembira di atas bangkai orang lain.
3. Dia bergembira ria atas kegagalan dalam ujian itu.
4. Pada saat kami berduka cita atas kematian ayahku. Mereka menyambutnya dengan kegembiraan tiada tara.
5. Di tengah keramaian kota ini, hatinya sepi.
6. Justru kecantikan gadis itulah yang membuatnya sengsara, bukan senang.

f. Majas Dipersonifikasi
Majas yang melekatkan sifat-sifat benda kepada manusia.
Depersonifikasi kebalikan dari personifikasi.
Contoh :
1. Kalau adik menjadi perahunya, aku menjadi pelabuhannya.
2. Seandainya kamu bunganya, aku adalah tangkainya.
3. Bila engkau bulannya, dia bintangnya.

2. Majas pertentangan dapat dibedakan :

1. Hiperbola
2. Litotes
3. Ironi
4. Antonomasia
5. Oksimoro
6. Paradoks
7. Kontradiski
8. Paralipsi
9. Zengma
10. Antitesis
11. Sarkasme
12. paranomasia

a. Majas Hiperbola adalah :
Pengungkapan sesuatu secara berlebih-lebihan atau dibesar-besarkan dari kenyataan yang sebenarnya, baik jumlah, ukuran dan sifatnya.
Contoh :
1. Kurus kering tiada daya kekurangan pangan (kelaparan), menunjukkan sifat
2. Membanting tulang, memeras keringat (bekerja keras), menunjukkan sifat
3. sekompi (berjumlah banyak )
4. berlimpah ruah (jumlah banyak)
5. terkejut setengah mati (menunjukkan sifat)
6. menegakkan bulu roma (menunjukkan sifat)
7. belumbung-lumbung (menunjukkan jumlah)
contoh:
1. ia memang orang yang rajin bekerja, tiap ari ia bekerja keras membanting tulang memeras keringat, untuk menghidupi keluarga yang berjumlah sekompi itu, tetapi hasilnya masih jauh dari mencukupi.

2. Suara tabrakan di jalan raya itu bagaikan geledek, lalu berbondong-bondonglah orang membanjiri tempat itu, darah para korban keluar mengalir menganak sungai, sungguh suatu kejadian yang tragis selama ini.

b. Litotes adalah :
Majas yang mengungkapkan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti dengan yang dimaksud sebenarnya, dengan tujuan merendahkan diri.
Majas Litotes merupakan lawan dari Hiperbola.
Contoh :
1. Kalau kita jadi bertamasya ke Borobudur, pulangnya dapat singgah di gubuk kami, jaraknya tak seberapa jauh dari jalan menuju ke sana, akan tetapi, maaf kami tak dapat menyediakan apa-apa, sekedar air untuk membasahi tenggorokan saja.
2. Tentu saja karangan saya ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, semua kritik dan saran akan saya terima dengan senang hati.
3. Gagasan guru kami mengenai pengajaran bahasa sama sekali bukan khayalan yang tidak bisa dilaksanakan (kenyataan).
4. Anak itu sama sekali tidak bodoh (pandai).
5. Susi Susanti bukan pemain jalanan (prestasi).

c. Majas Ironi adalah:
Majas yang merupakan sindiran dengan mengatakan kebalikan dari keadaan yang sebenarnya. Atau majas yang mengatakan makna yang bertentangan dengan maksud berolok-olok.
Makna itu dapat dicapai dengan mengemukakan :
1. Makna yang berlawanan dengan makna yang sebenarnya.
2. Ketaksesuaian antara suasana yang diketengahkan dan kenyataan yang mendasarinya.
3. Ketidak sesuaian antara harapan dan kenyataan.

Contoh :
1. Seorang siswa kelas III datang terlambat masuk kelas waktu itu guru Bahasa Indonesia sedang membimbing anak-anak mengerjakan tugas, “ Selamat Pagi Joni?” kata Pak Guru, “ Rupanya pagi benar engkau berangkat dari rumah”.
2. Ketika melihat rapor putranya banyak angka merahnya, ayahnya berkata, “Aduh, bagus benar angka rapormu, memang kau anak yang rajin belajar!”.
3. Seorang guru berkata kepada siswanya yang sering tidak masuk sekolah, “Bukan main rajinmu, sudah seminggu kamu bolos bulan ini”.

d. Majas Antonomasia adalah :
Penyebutan terhadap seseorang berdasarkan ciri khusus yang dimilikinya.
Contoh :
1. Sssss, lihat ! Si Cerewet datang ! Kalian tidak perlu bertanya macam-macam , biar Si Gendut saja yang menghadapinya.
2. Kemarin saya lihat Si Kacamata hitam itu keluar bersama-sama dengan Si Kribo dan Si Laba, bener tidak?

e. Majas Oksimoron adalah :
pengungkapan yang mengandung pendirian/pendapat terhadap sesuatu yang mengandung hal-hal yang bertentangan.
Contoh :
1. Memang benar bahwa musyawarah itu merupakan wadah untuk mencapai kesepakatan, namun tidak jarang menjadi wadah pertentangan para pesertanya.
2. Siaran radio dapat dipakai untuk sarana persatuan dan kesatuan, tetapi juga sebagai alat untuk memecah-belah suatu kelompok masyarakat atau bangsa
3. Olahraga mendaki bukit memang menarik, tercapai juga sangat berbahaya.

f. Majas Paradoks adalah :
Pengungkapan terhadap sesuatu kanyataan yang seolah-olah bertentangan, tetapi mengandung kebenaran.
Contoh :
1. Memang hidupnya mewah, mempunyai mobil, rumahnya besar, tetapi tidak berbahagia, tidak tahu mengapa, mungkin karena banyak urusan dunia.
2. Walaupun ia tinggal di kota besar, kota metropolitanm, hiburan ada dimana-mana, ia bercerita kepadaku katanya kesepian.

g. Majas Kontradiksi adalah :
Pengunkapan yang memperlihatkan pertentangan yang sudah dikatakan semula lebih dahulu sebagai pengecualian.
Contoh :
1. Sebenarnya semua saudaranya yang dulu pandai-pandai, hanya dia sendiri yang bodoh, mungkin saja karena malasnya.
2. Malam itu gelap gulita, hanya kerlap-kerlip kunang-kunang yang sebentar nampak dan sebentar hilang.
4. Ia ampak berfikir, tapi tak jarang ia melamun juga.

h. Majas Paronomasia adalah :
Majas yang berisi pejajaran kata-kata yang berbunyi sama tetapi berbeda maknanya.
Contoh :
1. Bantuan ini kami terima sebagai bantuan yang sangat berharga.(Roda-Sumbangan)
2. Novi sedang mengukur kepalanya yang gatal setelah itu diteruskan pekerjaannya, mengukur kain yang akan dibuat baju.(Menggaruk-panjang lebar)
3. Di ganggang papan lantai kamar mandi itu tumbuh ganggang hijau yang sangat licin.(Tempat sempit/lobang sempit-sejenis tumbuhan)
4. Awas bisa ini bisa membahayakan kesehatan kita.(Racun-dapat)
i. Majas Paralipsis adalah :
Majas yang dipergunakan untuk sarana menerangkan apa yang tersirat dalam kalimat itu sendiri.
Contoh :
1. Semoga nenek mendengarkan permintaan kalian (maaf)bukan maksud menolaknya.
2. Biarlah masyarakat mendengar wasiat tersebut, yang (maafkan saya)saya maksud bukan membacanya.
3. Pak guru sering memuji kelas XII MA Plus, yang (maafkan saya)saya maksud memarahinya.

j. Majas Zeugma adalah:
Contoh:
1. Anak itu memang rajin dan juga malas belajar di sekolah.
2. Perlu saya ingatkan kepadamu bahwa nenek saya peramah dan pemarah.
3. Jauh atau dekat, anak-anak atau orang dewasa sama saja, onkos kendaraan tetap Rp. 250,- seorang.

3. Majas Pertautan dapat dibedakan menjadi:
A. Metonomia
B. Sinekdok
C. Alusio
D. Eufimisme
E. Elipsis
F. Inversi
G. Gradasi

A. Majas Metonomia adalah:
Majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan orang, barang atau hal sebagai pengganti kata sebenarnya.
Contoh:
1. Ratna memang anak yang gemar membaca, ia pernah membaca SHAKERPEACE MOLIERE, dan sebagainya, dia tidak puas kalau hanya membaca Sutan Takdir Alisyahbana, Mohtar Lubis, Iwan Simatupang, dan Putu Wijaya.
2. Memang kadang-kadang pena lebih tajam dari pedang.
3. Kalau Indra ke warung, tolong belikan saya jarum.

B.Majas Sinekdok adalah:
Majas penyebutan nama sebagian untuk maksud keseluruhan atau menyebutkan nama keseluruhan untuk sebagian.
Contoh:
1. Jauh-jauh telah kelihatan berpuluh-puluh layar di sekitar pelabuhan itu.
2. Selama ini kemana saja kau, sudah lama tak tampak batang hidungmu.
3. Untuk biaya perkemahan kita tanggung bersama, tiap kepala dikenakan iuran sebesar Rp. 3000,-
Majas sinekdok dapat dibedakan menjadi dua bagian antara lain:
a. Parsa prototo adalah: penyebutan sebagian untuk maksud keseluruhan.
b. Matem proparte adalah: majas penyebutan keseluruhan untuk sebagian saja.
Keterangan pars prototo:
a. Layar: merupakan bagian dari perahu.
b. Batang hidung: merupakan bagian diri seseorang.
c. Kepala: merupakan bagian dari tubuh seseorang dan kata itu digunakan untuk menggantikan kata anak/orang.
Contoh Totem pro parte:
a. Dalam pertandingan tahun lalu Indonesia dapat meraih medali emas.
b. Dalam musim kompetisi yang lalu, kita belum apa-apa akan tetapi, dalam tahun ini sekolah kita harus tampil sebagai juara satu, setuju!
Keterangan Totem pro parte:
a. Kota Indonesia menggantikan pemain Indonesia.
b. Frase sekolah kita untuk menyebutkan pamain sekolah kita.

C.Majas alusio adalah :
Majas pengiasaan/ibarat dengan menggunakan peribahasa, pepatah, atau bagian pantun yang isinya sudah lazim diketahui.
Contoh :
1. ayolah cepat dikerjakan, jangan hanya menggantungkan asap saja.
2. Karna tidak mau menurut nasihat teman-teman dan orang tuanya, sekarang hidupnya -menderita, bagai karakap tumbuh dibatu, rupanya ia sekarang menyesal atas tindakannya -selama ini, tetapi sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna.

D. Majas Eufinisme/penghalus perasaan adalah :
pengungkapan yang lebih halus sebagai pengganti pengungkapan yang dianggap kasar, tabuh, atau merugikan atau tidak menyenangkan
contoh :
1. karna terbukti sudah beberapakali melanggar disiplin kerja, terpaksa ia dibebas tugaskan dari pekerjaannya.
2. Sebenarnya tidak menaikkan harga, hanya menyesuaikan harga, karena keadaan ekonomi sedang tidak menguntungkan.
3. Maaf saya mau ke belakang sebentar.
Keterangan :
1. kata dibebas tugaskan untuk mengganti diberhentikan atau di pecat
2. kata menyesuaikan harga menggantikan menaikkan harga.
3. kata kebelakang menggantikan ke WC atau kamar mandi.

E.Majas Elipsis adalah :
Majas yang didalamnya dilaksanakan pembuangan atau penghilangan kata atau kata-kata yang memenuhi bentuk kalimat berdasarkan tata bahasa.
Unsur ini dapat dihilangkan dalam kalimat bermajas dapat berupa :
a. penghilangan subjek,
b. penghilangan prediket
c. penghilangan objek
d. penghilanganketerangan
e. penghilangan, subjek, prediket dll
contoh :

a. Dia bersama istrinya ke Nganjuk ( predikatnya hilang ).
b. pada waktu pulang membawa barang berharga ( subyeknya hilang ).
c. Tadi malam (s-p-o dihilangkan semua ).
d. Hadia sebuah radio (penghilangan subyek predikat kalimat pak lurah menerimah sebuah radio

F. Majas Inversi adalah:
perubahan urutan subyek – predikat (s-p) menjadi predikat – subyek (p-s)
contoh :
1. Dia datang datang dia
2. Heni belajar belajar Heni
3. Buku ini menarik menarik buku ini

G. Majas Gradasi adalah:
Majas yang mengandung suatu rangkaian dan urutan ( paling sedikit tiga kata )
contoh :
Kemerdekaan adalah mutlak kita perlukan, sebab dengan kemerdekaan kita leluasa menentukan tujuan, prestasi suatu bangsa dapat diperoleh juga karena kemerdekaan, keberhasilan dalam segala bidang, inilah suatu prestasi yang diharapkan dalam mengisi kemerdekaan.

4. Majas Perulangan / Aliterasi adalah:
Majas yang memanfaatkan purwakanti / kata – kata yang permulaannya sama bunyinya.
Contoh :
1. Dara dambaku daku
2. Datang dari danau
3. Kalau kanda kala kacau
4. Biar bibir biduan bicara
5. Sayang sesama sayang semua?
6. Bukan beta bijak berperi

a) Antanaklasis adalah :
Majas yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda, atau majas yang mengandung ulangan kata yang berhomonim.
Contoh :
1. Saya membawa buah tangan untuk buah hatiku.
2. Karena buah penanya itu dia menjadi buah bibir masyarakat.

b) Majas Kiasmus adalah :
Majas yang berisikan perulangan atau repetisi dan sekaligus pula merupakan inversi hubungan antara dua kata dalam satu kalimat.
Contoh :
1. Yang kaya merasa miskin, sedangkan yang miskin merasa dirinya kaya.
2. Sudah biasa, yang pintar mengatakan bodoh, tetapi yang bodoh merasa dirinya pintar.
3. Apa yang terjadi kalau pria berlagak wanita, dan wanita berlagak pria.
4. Aduh, orang desa berlagak kota, dan orang kota berlagak orang desa.

c) Majas Repetisi adalah :
Majas yang mengandung perulangan berkali-kali kata atau kelompok kata yang sama.
Contoh :
1. Selamat datang pahlawanku, selamat datang kekasihku.
2. Selamat datang pujaanku, selamat datang jantung hatiku kami merasa bahagia.

K. Antitesis adalah:
Majas yang berisi perbandingan antara dua perkataan yang maknanya bertentangan.
Contoh :
1. Air susu dibalas dengan Air tuba.
2. Dia bergembira di atas bangkai orang lain.
3. Dia bergembira ria atas kegagalan dalam ujian itu.
4. Pada saat kami berduka cita atas kematian ayahku, mereka menyambut dengan kegembiraan tiada tara.
5. Di tengah keramaian kota ini, hatinya sepi.
6. Justru kecantikan gadis itukah yang membuatnya sengsara, bukan senang.

L. Sarkasme adalah:
Majas sindiran yang tegas.
Contoh:
1. Hai babi pergi kau dari sini.
2. Muak aku mendengar kata-katamu itu.

M. Pleonasme adalah:
Majas yang dipakai untuk menegaskan kata yang sebenarnya tidak perlu.
Contoh:
1. Bola bulat itu bergulir ke gawang.
2. Sesudah itu ia pun menengadah ke atas,
3. Ia memandang dengan kaki

N. Klimak Naik adalah:
Majas yang menyebutkan sifat-sifat yang makin lama makin meneras atau meninggi.
Contoh:
1. Jangankan hartaku, ragaku, jiwaku pun kupertaruhkan demi memerdekakan bangsa dan Negara.
2. Mulai anak kecil, pemuda, dewasa bahkan orang tua pun ikut berbondong-bondong ingin menyaksikan kejadian alam di daerah trowulan, kabupaten Mojokerto.

Q. Klimak Menurun (anti klimak) adalah:
Majas yang menyebutkan makin lama makin menurun atau berkurang.
Contoh:
1. Gedung-gedung, rumah-rumah, gubuk-gubuk semuanya sedang dikapur.
2. Bukan seribu rupiah , seratus atau lima puluh rupiah tetapi hanya sepuluh rupiah harganya.

P. Koreksio adalah:
Majas yang dipakai untuk membetulkan kesalahan yang disebutkan sebelumnya.
Gunanya untuk menarik perhatian orang.
Contoh:
1. Dia adikku, eh bukan, hanya kawan biasa.
2. Rika berbaju merah, eh bukan, berbaju hijau.
3. Ayah sedang tidur, o, tidak, sejang membaca majalah

Senin, 18 Mei 2015

PUISI KETIKA BURUNG MERPATI SORE MELAYANG

Selamat berjumpa kembali,
Kali ini saya akan share Puisi dari Taufik Ismail, yang berjudul KETIKA BURUNG MERPATI SORE MELAYANG.




Oleh : Taufiq Ismail


Langit akhlak telah roboh di atas negeri
Karena akhlak roboh, hukum tak tegak berdiri
Karena hukum tak tegak, semua jadi begini
Negeriku sesak adegan tipu-menipu
Bergerak ke kiri, dengan maling kebentur aku
Bergerak ke kanan, dengan perampok ketabrak aku
Bergerak ke belakang, dengan pencopet kesandung aku
Bergerak ke depan, dengan penipu ketanggor aku
Bergerak ke atas, di kaki pemeras tergilas aku


Kapal laut bertenggelaman, kapal udara berjatuhan
Gempa bumi, banjir, tanah longsor dan orang kelaparan
Kemarau panjang, kebakaran hutan berbulan-bulan
Jutaan hektar jadi jerebu abu-abu berkepulan
Bumiku demam berat, menggigilkan air lautan


Beribu pencari nafkah dengan kapal dipulangkan
Penyakit kelamin meruyak tak tersembuhkan
Penyakit nyamuk membunuh bagai ejekan
Berjuta belalang menyerang lahan pertanian
Bumiku demam berat, menggigilkan air lautan








Lalu berceceran darah, berkepulan asap dan berkobaran api
Empat syuhada melesat ke langit dari bumi Trisakti
Gemuruh langkah, simaklah, di seluruh negeri
Beribu bangunan roboh, dijarah dalam huru-hara ini
Dengar jeritan beratus orang berlarian dikunyah api
Mereka hangus-arang, siapa dapat mengenal lagi
Bumiku sakit berat, dengarlah angin menangis sendiri


Kukenangkan tahun ‘47 lama aku jalan di Ambarawa dan Salatiga
Balik kujalani Clash I di Jawa, Clash II di Bukittinggi
Kuingat-ingat pemboman Sekutu dan Belanda seantero negeri
Seluruh korban empat tahun revolusi
Dengan Mei ‘98 jauh beda, jauh kalah ngeri
Aku termangu mengenang ini
Bumiku sakit berat, dengarlah angin menangis sendiri
Ada burung merpati sore melayang
Adakah desingnya kau dengar sekarang
Ke daun telingaku, jari Tuhan memberi jentikan
Ke ulu hatiku, ngilu tertikam cobaan
Di aorta jantungku, musibah bersimbah darah
Di cabang tangkai paru-paruku, kutuk mencekik nafasku
Tapi apakah sah sudah, ini murkaMu?


Ada burung merpati sore melayang
Adakah desingnya kau dengar sekarang

Minggu, 17 Mei 2015

Morfonemis

A.    Pengertian Morfofonemik
            Morfofonemik adalah cabang linguistic yang mempelajari perubahan bunyi yang diakibatkanoleh adanya pengelompokkan morfem. Nelson Francis (1958) mengatakan bahwa morfofonemik mempelajari variasi-variasi yang tampak pada struktur fonemik alomorf-alomorf sebagai akibatpengelompokkan menjadi kata (Ahmadslamet, 1982:69). Penegertian lain dilontarkan oleh Samsuri (1982:201) bahwa morfofonemik merupakan studi tentang perubahan-perubahan fonem yang disebabkan hubungan dua morfematau lebih serta pemberian tanda-tandanya.
            Prawirasumantri (1986:37) memberikan contoh untuk memperjelas bidang garapan morfofonemik yakni dengan pertemuan morfem ber- dengan morfem ajar menghasilkan bentuk belajar. Pada proses morfologis ini terjadi perubahan /r/ menjadi /l/. pertemuan morfem meN- dengan lihat menjadi melihat. Disini tampak bunyi /N/ hilang menjadi me-. Perubahan-perubahan bunyi akibat pertemuan dua morfem atau lebih disebut morfofonemis, sedangkan tanda huruf besar pada meN- yang pada ralitas fonemis bisa berupa beberapa macam bunyi/fonem disebut morfofonem, dan ilmu yang mempelajarinya disebut morfofonemik.
            Morfofonernis bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi enam macam yaitu: (1) penghilangan bunyi; (2) penambahan bunyi; (3) perubahan bunyi; (4) perubahan dan pe nambahan bunyi; (5) perubahan dan penghilangan bunyi; dan (6) peloncatan bunyi.
1.      Penghilangan Bunyi
            Proses penghilangan bunyi dapat terjadi atas:
            1) Bunyi /N/ pada meN- dan peN- yang hilang karena pertemuan kedua morfem
                 tersebut dengan bentuk dasar yang berbunyi atau berfonem awal /r, l, y, w/ dan
                 nasal.
Misalnya:
meN- + ramu
meN- + lucu
meN- + yakini (?)
meN- + wangi
meN- + nyanyi
meN- + minyak
meN- + ngeong
meN- + nanti
 
peN- + rusak
peN- + lacak
peN- + yakin
peN- + wajib
peN- + nyala
peN- + mabuk
peN- + nanti

Meramu
melucu
meyakini
mewangi
menyanyi
meminyak
mengeong
menanti

perusak
pelacak
peyakin
pewajib
penyala
pemabuk
penanti

1)      Fonem /r/ pada morfern ber-, ter-, dan per- hilang bila yang berbunyi atau
      berfonem awal  /r/ atau yang suku pertamanya berakhir dengan bunyi /r/.
misalnya:
ber- + rambut
ber- + serta
ber- + kerja
 
ter- + rasa
ter- + pedaya
ter- + rayu
 
ter- + ramal
ter- + ramai
ter- + serta


Berambut
beserta
bekerja

terasa
terpedaya
terayu

peramal
peramai
peserta
2.      Penambahan Bunyi
            Proses penambahan bunyi terjadi pada:
1) Pertemuan antara morfem -an, ke-an, per-an, menyebabkan timbulnya
    fonem atau bunyi /?/ bila bentuk dasar itu berakhir dengan vokal /a/.
Misalnya:
-an + sapa
ke-an + sama
per-an + kata
sapaan
kesamaan
perkataan
Catatan
            Jika peN-an dipertemukan dengan bentuk dasar yang diawali bunyi /p, t, k, dan s/ dan diakhiri oleh vocal maka morfofonemis yang terjadi berupa perubahan, penghilangan dan penambahan bunyi.
Contoh:
peN-an + tanda
peN-an + padu
peN-an + kaji
peN-an + sampai
penandaan
pemaduan
pengajian
penyampaian
2) Pertemuan antara morfem -an, ke-an, per-an dengan bentuk dasar yang
    berakhir dengan bunyi /i/ akan menyebabkan timbulnya bunyi /y/.
Misalnya:
-an + hari
ke-an + serasi
per-an + api
harian
keserasian
perapian
3) Pertemuan antara morfem , ke-an, per-an dengan bentuk dasar yang
    berkhir dengan fonem /u, o/ akan menyebabkan timbulnya fonem /w/.
Misalnya:
-an + jamu
ke-an + lucu
per-an + sekutu
 
-an + kilo
ke-an + loyo
per-an + toko

jamuan
kelucuan
persekutuan

kiloan
keloyoan
pertokoan
3.      Perubahan Bunyi
Perubahan bunyi akan terjadi pada:
1) Pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang dimulai
    oleh fonem atau bunyi /d/ dan bunyi /s/ khusus pada bentuk dasar yang
    berasal dari bahasa asing akan terjadi perubahan bunyi /N/ menjadi /n/.
meN- + datang
meN- + survai
 
peN- + damar
peN- + supply

mendatang
mensurvei

pedamar
pensupply
2) Pertemuan morfem meN- dan peN- pada bentuk dasar yang berawal
    dengan bunyi atau fonem /b, f/ akan terjadi perubahan bunyi /N/
    menjadi /m/.
Misalnya:
meN- + buru
meN- + fitnah
 
peN- + buang
peN- + fitnah

memburu
memfitnah

pembuang
pemfitnah

3) Pertemuan morfem meN- den peN- dengan bentuk dasar yang berawal
    dengan fonem /c, j/, maka fonem /N/ akan berubeh menadi /n/
Misalnya:
meN- + cakar
meN- + jajal
 
peN- + ceramah
peN- + jamu

mencakar
menjajal

penceramah
penjamu

4) Pertemuan morfem meN- dan peN- dengan. bentuk dasar yang berbunyi
    awal /g, h, x/ dan voka1 , maka fonem /N/ akan berubah menjadi /η/.
Misalnya:
meN- + garap
meN- + hasut
meN- + khayal
meN- + ambil
meN- + intip
meN- + ukur
meN- + ekor
meN- + orbit
 
peN- + garis
peN- + harum
peN- + khianat
peN- + angkat
peN- + isap
peN- + umpat
peN- + olah

menggarap
menghasut
mengkhayal
mengambil
mengintip
mengukur
mengekor
mengorbit

penggaris
pengharum
pengkhianat
pengangkat
pengisap
pengumpat
pengolah
5) Pertemuan morfem ber- dan per— pada bentuk dasar ajar
    mengakibatkan perubahan bunyi /r/ men jadi /1/. Peristiwa ini
    sebenarnya merupakan peristiwa unik, sebab hanyac terjadi pada bentuk
    dasar ajar sehingga ada yang mengatakan suatu “kekecualian”.
Perhatikanlah:
ber- + ajar
per- + ajar
belajar
pelajar

6) Pertemuan morfem ke-an dan -i dengan bentuk dasar berfonem akhir /?/
 menyebabkan fonem tersebut berubah menjadi /k/.
Misalnya:
duduk /dudu?/ + ke-an
bedak /beda?/ + -i
kedudukan
bedaki
4.      Perubahan dan Penambahan Bunyi
            Proses perubahan dan penambahan fonem doat terjadi pads:
1) Pertemuan morfem meN- dan peN- pada bentuk dasar yang terdiri atas
    satu suku kata menyebabkan perubahan bunyi /N/ menjadi /η/ dan
    penambahan bunyi /∂/.
Misalnya:
meN- + bel
meN- + cat
meN- + tik
mengebel
mengecat
mengetik
2) Pertenuan morfem peN-an pada bentuk dasar berfonem awal /d, c, j/ dan berfonem akhir /a, i, u, dan o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi /n/ dan bertambahnya /?, y, w/.
Contonnya:
peN-an + data
peN-an + dahulu
peN-an + cahaya
peN-an + cari
peN-an + calo
peN-an + jaga
peN-an + juri
pendataan
pendahuluan
pencahayaan
pencarian
pencaloan
penjagaan
penjurian

3) Pertemuan morfem peN-an pada bentuk dasar yang berfonem awal /b, f/ dan berfonem akhir vokal /a, i, u, dan o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi /m/ dan bertambahnya bunyi /?, y, w/.
Contohnya:
peN-an + buka
peN-an + beri
peN-an + buku
peN-an + blangko
peN-an + fakta
peN-an + foto
pembukaan
pemberian
pembukuan
pemblangkoan
fakta
foto

4) Pertemuan morfem peN-an pada bentuk dasar yang berfonem awal /g, h, kh/ dan berfonem akhir vocal /a, i, u, o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi /m / dan bertaoibahnya bunyi /?, Y, w/.
Contohnya:
peN-an + guna
peN-an + gali
peN-an + gadai
peN-an + ganggu
peN-an + harga
peN-an + hijau
penggunaan
penggalian
penggadaian
penggangguan
penghargaan
penghijauan
5) Pertemuan morfem peN-an pada bentuk dasar yang dimulai oleh vokal dan diakhiri oleh vokal /a, i, u, o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi / / dan bertambahnya bunyi /?, y, w/.
Contohnya:
peN-an + ada
peN-an + adu
peN-an + andai
peN-an + utama
peN-an + urai
peN-an + intai
peN-an + operasi
pengadaan
pengaduan
pengandaian
pengutamaan
penguraian
pengintaian
pengoprasian




5.      Perubahan dan Penghilangan Bunyi
            Proses perubahan dan penghilangan bunyi terjadi pandai:
1) Pertemuan peN- dan meN- pada bentuk dasar yang dimulai oleh fonem /p/ akan perubahan /N/ menjadi /m/ dan fonem awal bentuk dasar hilang.
Contohnya:
peN- + peras
meN- + paksa
pemeras
memaksa
2) Pertemuan morfem peN- dan meN- pada bentuk dasar yang dimulai oleh fonem /t/ akan mengakibatkan perubahan /N/ menjadi /n/ dan hilangnya fonem awal bentuk dasar.
Contohnya:
peN- + tari
meN- + tendang
penari
menendang
3) Pertemuan morfem peN- dan meN- pada bentuk dasar yang diawali fonem /k/ akan mengakibatkan perubahan fonem /N/ menjadi /η/ dan hilangnya fonem awal bentuk dasar.
Contohnya:
peN- + karang
meN- + kurung
pengarang
mengurung
4) Pertemuan morfem peN— dan meN— pada bentuk dasar yang diawali fonem /s/ akan mengakibatkan perubahan fonem /N/ menjadi /η/ dan hilangnya fonem awal bentuk dasar yang bersangkutan.
Contohnya:
peN- + sayang
meN- + saring
penyayang
menyaring
6.      Peloncatan Bunyi
            Prawirasumantri (1986:40) menambahkan satu lagi bentuk morfofonemik bahasa Indonesia yaitu peloncatan burnyi. Peloncatan fonem ini terjadi apabi1a dua atau 1ebih bertukar tempat akibat petemuan morfem-morfem dalam bahasa Indonesia ditemukan sebuah gejala ini, yakni peloncatan fonem /a/ dan /m/ pada kata padma dalam merah padam.
7.      Asimilasi dan Disimilasi
            Setelah kita memaparkan masalah morofonemik yang dalam bahasa Indonesia, kita mengetahui bahwa apabila dua morfem berkombinasi sering terjadi perubanan fonem, fonem yang berdampingan akan menjadi sama atau lebih bersaingan. Yang dimaksud dengan bersamaan di sini ialah bersamaan dalam ciri-ciri artikulatisnya. Kalau /N/ berubah menjadi /m/ karena morfem awal bentuk dasar yang dilekatinya ialah /p/ maka terjadilah persamaan ciri-ciri artikumatoris yakni sama-sama bunyi bilabial. Proses yang menyebabkan dua fonem yang berbeda itu menjadi sama atau bersamaan disebut (Ahmadslamet, 1982:74). Asimilasi dapat dibagi berdasarkan beberapa segi, yaitu berdasarkan tempat fonem yang dihasilkan , dan sifat asimilasi itu sendiri (Keraf, 1982:37).
            1) Penggolongan asimilasi berdasarkan tempat fonem yang diasimilasikan.
            Berdasarkan tempat fonem yang diasimilasikan, asimilasi dapat dibedakan menjadi asimilasi progresif dan asimilasi regresif. Berikut ini penjelasannya.


            a. Asimilasi progresif
            Suatu asimilasi dikatakan asimilasi progresif apabila bunyi yang diasimilasikan terletak sesudah bunyi yang mengasimilasikan.
Contohnya:        colnis (latin kuno) → collis (latin)
                           peN- + sabar          → penyabar
                           meN- + pugar        → memugar
b. Asimilasi regresif
            Suatu asimilasi dikategorikan asimilasi regresif apabila bunyi yang diasimilasikan mendahului bunyi yang mengasimilasikan.
Contohnya:        in- + possible       → impossible
                           en- + power         → empower
                           peN- + bela          → pembela
                           meN- + dengar    → mendengar
            2) Penggolongan asimilasi berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri.
            Berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri, asimilasi dapat dibedakan menjadi asimilasi total dan parsial.
            a. Asimilasi Total
            Yang dimaksud dengan asimilasi total yaitu penyamaan fonem yang diasimilasi benar-benar serupa, atau degnan perkataan lain dua buah fonem yang disamakan tersebut, dijadikan serupa betul.
Contohnya:
Proses Asimilasi
Hasil Asimilasi
Dalam Bahasa Indonesia
ad + salam (Arab)
in + moral (Ingg.)
ad + similatino (Lat)
meN- + periksa (Ind)
assalam
immoral
assimilasi
memeriksa
asalam
imoral
asimilasi
memeriksa

            b. Asimilasi Parsial
            Suatu asimilasi dikategorikan asimilasi parsial bila kedua fonem yang disarnakan itu tidak persis melainkan hanya sejenis secara artikulatoris.
Contohnya:                 in- + possible               → impossible
                                    meN- + bawa              → membawa
                                    en + bitter                    → embitter
                                    peN- + dengar             → pendengar
            Kebalikan dan asimilasi adalah disimilasi yakni prosa dua fonem yang sama atau bersamaan menjadi tidak sama.
Contohnya:
                                    in + noble                      ignoble
                                    saj + jana (skt)               sarjana
                                    sayur + sayur               → sayur mayor