Minggu, 08 Oktober 2017

Materi Hikayat cerita

Hikayat merupakan salah satu karya sastra Melayu klasik. Cerita hikayat umumnya menceritakan tentang kebesaran dan kepahlawanan orang-orang ternama, para raja, atau orang-orang suci di sekitar istana dengan segala kesaktian, keanehan, dan keajaiban tokohnya.

Hikayat bisa dikatakan mirip dengan sejarah atau riwayat hidup seseorang. Pada zaman dahulu hikayat merupakan ceritayang biasa digunakan untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekedar meramaikan sebuah pesta rakyat.

Ciri hikayat yang paling menonjol adalah penggunaan bahasa Melayu yang masih amat kental. Pada umumnya, cerita hikayat dimulai dengan kana maka,  sebermula, arkian, syahdan, alkisah, hatta, atau tersebutlah. Meskipun memang banyak poin yang membedakan antara hikayat dengan karya sastra lainnya. Diantaranya:

1. Nama pengarangnya tidak dikenal (Anonim)

2. Berupasastra lisan yang disampaikan turun temurun.

3. Bersifat statis, arinya cerita hikayat tetap dan tidak berubah dan tidak berkembang.

4. Bersifat tradisional atau meneruskan budaya lama yang dianggap baik.

5. Bersifat didaktis baik moral maupun religius.

6. Bersifat komunal, artinya hikayat adalah milik masyarakat.

7. Istana sentris atau cenderung mengisahkan orang-orang yang berada di sekitar kerajaan.

8. Menceritakan kisah universal manusia, yaitu cerita peperangan antara tokoh yang baik dengan tokoh yang buruk. Dalam hikayat, tokoh yang baik selalu menang.
Unsur-unsur Intrinsik Hikayat

1. Tema

adalah ide pokok atau gagasan yang mendasari ide cerita.
2. Tokoh dan Penokohan

Berkaitan dengan sifat atau karakter tokoh dalam cerita.

3. Latar

Berkaitan dengan latar tempat, latar waktu dan latar suasana

4. Sudut pandang

Berkaitan dengan cara pengarang menempatkan diri dalam cerita.

5. Alur

Merupakan rangkaian peristiwa yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu cerita

6. Amanat

yaitu pesan yang hendak disampaikan pengarang kepada pendengar cerita hikayat

7. Gaya bahasa

Gaya bahasa yang digunakan pengarang.


Unsur Ekstrinsik Hikayat

1. Nilai Moral

Adalah nilai yang berhubungan dengan baik buruknya sikap atau perbuatan tokoh dalam hikayat
Contoh: Tidak mau bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu.
Hatta datanglah ke Sembilan orang anak raja meminta susu kambing yang disangkaya susu harimau beranak muda itu.
Kewajiban belajar ilmu agama sejak usia kecil.
Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji kitab usul, fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya.

2. Nilai sosial

Merupakan nilai yang berhubungan dengan kehidupan di dalam masyarakat
Contoh: Tidak melihat status perbedaan social.
Si Kembar menolak dengan mengatakan bahwa dia adalah hamba yang hina. Tetapi, tuan putri menerimanya dengan senang hati.
Membantu orang-orang yang berada dalam posisi kesulitan.
Dengan segera Syah Peri mengeluarkan dayang-dayang itu. Tatkala Garuda itu dating, Garuda itu dibunuhnya.


3. Nilai agama

adalah nilai yang berhubungan dengan masalah keagamaan atau hubungan manusia dengan Tuhan.
Contoh: Memohon kepada Tuhan dengan berdoa dan bersedekah agar dimudahkan urusannya.
Maka pada suatu hari, ia pun menyuruh orang membaca doa kunut dan sedekah kepada fakir miskin.
Pasrah kepada Tuhan setelah beusaha.
Maka ia pun menyerahkan dirinya kepada Allah Subhanallahu Wa Ta’ala dan berjalan dengan sekuatnya.

4. Nilai Pendidikan

Nilai yang berhubungan dengan sikap dan tata laku seseorang melalui upaya pengajaran dan latihan.
Contoh: Mereka berjalan menuju ke sebuah sekolah untuk menimba ilmu.
Kedua kakak beradik itupun berargumen dalam menyelesaikan tugas dari gurunya.
5. Nilai Budaya

merupakan nilai yang berhubungan dengan adat istiadat dan kebudayaan suatu daerah yang mendasari suatu cerita.
Contoh:Raja ditunjuk berdasarkan keturunan dan raja yang memiliki putra lebih dari satu selalu mencari tahu siapa yang paling gagah dan pantas menjadi penggantinya.
Maka baginda pun bimbanglah, tidak tahu siapa yang patut dirayakan dalam negeri karena anaknya kedua orang itu sama-sama gagah. Jikalau baginda pun mencari muslihat; ia menceritakan kepada kedua anaknya bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang berkata padanya: barang siapa yang dapat mencari buluh perindu yang dipegangnya, ialah yang patut menjadi raja di dalam negeri.